05 Sep Kenali 6 Penyebab Endometriosis, Gejala, dan Penanganannya
Endometriosis adalah suatu kondisi di mana sel-sel yang mirip dengan lapisan rahim, atau endometrium, tumbuh di luar rahim (bukan pada tempatnya). Kondisi ini seringkali menyakitkan bagi penderitanya terutama ketika periode menstruasi dan dapat memengaruhi kehidupan sehari-hari. Kenali lebih jauh penyebab endometriosis, beserta cara pencegahan dan informasi lainnya di artikel ini.
Kapan Endometriosis Terjadi?
Endometriosis terjadi ketika tubuh memiliki jaringan yang mirip dengan lapisan rahim. Namun, tumbuh di area yang tidak seharusnya. Rahim wanita dilapisi dengan jaringan yang disebut endometrium. Tubuh wanita akan menumbuhkan endometrium baru pada setiap siklus menstruasi untuk mempersiapkan telur yang dibuahi. Jaringan ini akan pecah dan berdarah di akhir siklus. Kondisi ini berlaku sama pada endometriosis.
Perbedaannya, ketika jaringan seharusnya pecah dan berdarah di akhir siklus, jaringan endometriosis ini tidak punya tempat untuk mengeluarkan darahnya. Akibatnya darah terjebak, dan kondisi di sekitarnya menjadi bengkak serta meradang.
Baca Juga: Cara Mencegah dan Mengobati Endometriosis
Penyebab Endometriosis
Endometriosis merupakan penyakit yang memengaruhi banyak wanita di seluruh dunia, dan terjadi sejak awal periode menstruasi sampai masa menopause tiba. Penyakit ini termasuk kompleks dan sampai saat ini belum diketahui penyebab pastinya. Ada berbagai faktor yang disebut berkontribusi menyebabkan penyakit endometriosis. Namun secara garis besar, penyebab endometriosis disebabkan oleh hal-hal berikut:
1. Menstruasi Retrograde
Menstruasi retrograde adalah salah satu teori utama penyebab endometriosis. Pada setiap siklus menstruasi, lapisan dalam rahim yang disebut endometrium mengalami perubahan siklus hormonal. Jika selama menstruasi, darah yang mengandung sel-sel endometrium mengalir mundur melalui tuba falopi dan masuk ke dalam rongga panggul, itu dapat menyebabkan sel-sel endometrium menumpuk di luar rahim. Sel-sel endometrium ini kemudian dapat berkembang biak di luar rahim, mengakibatkan peradangan, pembentukan kista, dan jaringan parut. Proses ini dapat menyebabkan gejala endometriosis, seperti nyeri panggul dan gangguan kesuburan.
2. Metaplasia Seluler
Metaplasia seluler merupakan kondisi di mana sel-sel yang seharusnya berbeda berubah bentuk atau tipe menjadi sel lain. Dalam konteks endometriosis, sel-sel di luar rahim dapat mengalami metaplasia, berubah menjadi sel yang menyerupai endometrium. Sel-sel ini kemudian dapat mulai tumbuh di luar rahim dan menyebabkan peradangan serta pembentukan jaringan yang mirip dengan endometrium. Proses ini juga dapat berkontribusi pada perkembangan endometriosis.
3. Faktor Keturunan
Genetika atau faktor keturunan juga memiliki peran dalam risiko terkena endometriosis. Jika Anda memiliki anggota keluarga, seperti ibu atau saudara perempuan, yang menderita endometriosis, risiko Anda terkena kondisi ini dapat meningkat. Ini bisa disebabkan oleh pewarisan faktor-faktor genetik yang meningkatkan kemungkinan seorang individu mengembangkan endometriosis. Kondisi ini dapat cenderung berjalan dalam keluarga, meskipun genetika adalah salah satu aspek dari penyebab endometriosis yang kompleks.
4. Bekas Luka Operasi
Faktor risiko endometriosis ini terkait dengan kemungkinan tumbuhnya jaringan endometrium di dalam bekas luka operasi sebelumnya pada tubuh wanita. Ketika seorang wanita menjalani operasi seperti histerektomi (pengangkatan rahim) atau operasi sesar, ada peluang kecil bahwa sel-sel endometrium dapat terbawa ke daerah bekas luka tersebut. Jaringan endometrium yang terperangkap ini kemudian bisa tumbuh dan berkembang di luar rahim, menyebabkan endometriosis.
5. Gangguan Sistem Kekebalan Tubuh
Penelitian telah menunjukkan bahwa gangguan dalam sistem kekebalan tubuh dapat berperan dalam perkembangan endometriosis. Beberapa individu dengan endometriosis juga memiliki gangguan sistem kekebalan tubuh, yang dapat mempengaruhi kemampuan tubuh untuk mengenali dan mengatasi sel-sel endometrium yang tumbuh di luar rahim. Namun, hubungan antara gangguan kekebalan tubuh dan endometriosis masih menjadi area penelitian yang aktif, dan belum sepenuhnya dipahami.
6. Berat Badan di Bawah Normal
Terdapat beberapa bukti yang menunjukkan bahwa wanita dengan berat badan di bawah normal atau memiliki indeks massa tubuh (BMI) yang rendah mungkin memiliki risiko yang lebih tinggi terkena endometriosis. Penelitian ini belum sepenuhnya jelas tentang mekanisme persisnya, tetapi beberapa ahli menduga bahwa perubahan dalam hormon dan lemak tubuh pada wanita dengan berat badan rendah dapat memengaruhi perkembangan endometriosis. Meskipun demikian, ini masih merupakan area penelitian yang aktif, dan faktor lain seperti genetika dan hormon juga berperan dalam risiko endometriosis.
Bagaimana Cara Mengetahui Apakah Seseorang Terkena Endometriosis?
Cara tepat mengetahui apakah seseorang menderita endometriosis atau tidak adalah dengan mengenali gejalanya. Ada beberapa tanda yang dapat diamati sebelum melakukan diagnosis dan perawatan ke dokter spesialis, berikut di antaranya:
1. Sakit Berlebihan Ketika Menstruasi
Kram menstruasi merupakan salah satu gejala seseorang terkena endometriosis. Rasa nyeri berlebihan dapat muncul sejak sebelum dan sesudah menstruasi dimulai. Area yang terasa nyeri adalah bagian perut atau punggung bawah.
2. Nyeri Ketika Hubungan Seksual
Hubungan seksual menjadi hal yang sangat menyiksa bagi penderita endometriosis. Sebab rasa sakit akan muncul ketika intercourse dimulai dan setelah hubungan seksual selesai.
Hindari konsumsi minuman bersoda dapat membantu mengurangi risiko terkena endometriosis.
3. Nyeri Ketika Buang Air
Gejala nyeri ketika buang air umumnya muncul selama periode menstruasi. Nyeri dapat terjadi baik saat buang air kecil maupun buang air besar.
4. Pendarahan yang Berlebihan
Jumlah darah yang keluar ketika menstruasi dapat menjadi salah satu tanda apakah seseorang terkena endometriosis atau tidak. Jumlah darah yang keluar secara berlebihan, sesekali maupun pendarahan di antara periode menstruasi (pendarahan intermenstrual) dapat menjadi gejala seseorang terkena endometriosis.
Baca Juga: Endometrium Adalah: Definisi dan Fungsinya
5. Infertilitas
Rasa nyeri dan ketidaksuburan merupakan tanda endometriosis yang paling umum di antara penderitanya. Sayangnya, penyakit endometriosis biasanya baru dapat terdeteksi ketika seseorang mencari pengobatan untuk masalah infertilitas.
Selain beberapa gejala di atas, penderita endometriosis dapat mengalami gejala lain, seperti nyeri panggul, kelelahan, diare, kembung atau mual, sembelit, terutama pada saat menstruasi. Meskipun begitu, gejala ini dapat bervariasi pada setiap orang.
Wanita dengan endometriosis bisa memiliki semua gejala di atas, atau hanya sebagian kecil saja. Pemeriksaandiri sejak awal, ketika mengalami rasa tidak nyaman akibat nyeri, terutama selama periode menstruasi, dapat membantu Anda mendeteksi endometriosis sejak awal.
Pengobatan Endometriosis
Ada beberapa cara pengobatan endometriosis yang umum dilakukan, yaitu:
1. Meresepkan Obat Pereda Nyeri
Untuk mengatasi nyeri yang seringkali menyertai endometriosis, dokter dapat meresepkan obat pereda nyeri seperti ibuprofen atau naproxen. Obat ini membantu mengurangi ketidaknyamanan yang timbul selama menstruasi atau nyeri panggul, meskipun mereka tidak mengatasi penyebab utama endometriosis.
2. Terapi Hormon
Terapi hormon digunakan untuk menghambat pertumbuhan jaringan endometrium di luar rahim dan mengurangi gejala endometriosis. Ini bisa melibatkan penggunaan pil KB, injeksi hormon, atau IUD hormonal. Terapi hormon dapat membantu mengurangi perdarahan menstruasi berlebihan, nyeri panggul, dan pertumbuhan jaringan endometrium yang tidak semestinya. Namun, perlu diingat bahwa terapi hormon mungkin memiliki efek samping.
3. Pembedahan
Pembedahan merupakan opsi pengobatan jika endometriosis parah atau tidak merespons terapi lainnya. Prosedur pembedahan, seperti laparoskopi atau laparotomi, digunakan untuk mengangkat jaringan endometrium yang tidak semestinya di luar rahim. Dalam beberapa kasus, histerektomi (pengangkatan rahim) mungkin diperlukan jika endometriosis sangat parah atau tidak merespons pengobatan lainnya. Meskipun pembedahan dapat memberikan perbaikan signifikan dalam mengelola gejala endometriosis, ini adalah tindakan invasif dan memiliki risiko tertentu yang perlu dipertimbangkan.
Baca juga: Fungsi Ovarium dalam Sistem Reproduksi Wanita
Bagaimana Cara Mencegah Penyakit Endometriosis?
Saat ini belum ada cara khusus yang dapat dilakukan untuk mengatasi penyakit endometriosis. Peningkatan kesadaran akan gejala endometriosis diikuti dengan diagnosis dan perawatan dini dapat mengurangi gejala endometriosis. Beberapa faktor seperti kehamilan, menyusui, menstruasi tidak terlalu awal (di atas 11 tahun), dan mempertahankan berat badan dapat membantu mengurangi risiko terkena endometriosis.
Pantangan Penderita Endometriosis
Ketika Anda menderita endometriosis, ada beberapa pantangan yang harus diikuti:
1. Mengurangi Konsumsi Daging
Beberapa ahli menduga tingginya jumlah lemak dalam daging, seperti daging sapi mendorong tubuh menghasilkan bahan kimia yang disebut prostaglandin. Bahan kimia ini dapat meningkatkan jumlah produksi hormon estrogen. Estrogen berlebih dapat menyebabkan jaringan endometrium tumbuh secara berlebihan.
2. Hindari Alkohol, Soda, dan Kafein
Konsumsi alkohol, minuman berkafein, serta soda dapat meningkatkan risiko Anda terkena endometriosis. Meskipun belum ada penelitian yang mengklarifikasi hal ini, mengurangi konsumsi minuman tersebut dapat membantu menjaga kesehatan Anda.
3. Stres Berlebihan
Stres dapat membuat masalah endometriosis semakin memburuk. Walaupun pada faktanya endometriosis merupakan hal yang menyebabkan stres Anda muncul. Akan tetapi, Anda perlu mengelola tingkat stres agar dapat menjalani aktivitas sehari-hari secara normal. Lakukan kegiatan seperti yoga, meditasi, atau perawatan diri lainnya untuk mengelola tingkat stres Anda.
Endometriosis merupakan penyakit kronis dan dapat menyebabkan penderitanya mengalami rasa nyeri jangka panjang. Masalah seperti kram ketika menstruasi atau kesulitan hamil, merupakan beberapa gejala yang dapat terjadi ketika mengalami endometriosis. Kenali sejak dini gejala endometriosis dan lakukan pengobatan lebih awal. Selain melakukan pengobatan, imbangi juga dengan gaya hidup sehat untuk mengurangi gejala endometriosis.
Telah direview dr. Josephine Grace Suryadi
Source:
- Endometriosis-Hopkins Medicine
- Endometriosis-Mayo Clinic
- Endometriosis-Cleveland Clinic
- Endometriosis-WebMD