
10 Mei Mengenal Oophoritis atau Peradangan pada Ovarium
Oophoritis adalah kondisi di mana sel-sel indung telur atau ovarium pada wanita mengalami peradangan. Penyebab umum dari oophoritis adalah infeksi bakteri. Kondisi ini sering kali terkait dengan infeksi seperti klamidia, gonore, tuberculosis, trikomoniasis, mikoplasmosis, dan infeksi lainnya.
Peradangan ini dapat menghambat fungsi ovarium dan menyebabkan infertilitas atau kesulitan hamil. Penanganan yang tepat dapat membantu mengatasi masalah dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
Apa Itu Oophoritis?
Ooforitis atau peradangan ovarium adalah suatu kondisi di mana organ reproduksi wanita yang berperan dalam produksi sel telur mengalami peradangan. Oophoritis ditandai dengan peradangan pada salah satu atau kedua ovarium yang dapat menyebabkan pembengkakan pada indung telur.
Penyakit ini dapat disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus yang menyebar dari organ lain dalam tubuh atau melalui aliran darah ke ovarium. Pada beberapa kasus, penderita juga akan mengalami peradangan pada saluran tuba disebut dengan salpingo-oophoritis.
Penyakit Oophoritis dapat bersifat jangka pendek (akut) atau jangka panjang (kronis). Jika tida ditangani dengan tepat, kondisi ini bisa merusak jaringan ovarium dan struktur terkait lainnya. Hal ini tentu bisa mengganggu fungsi normal ovarium dan menyebabkan masalah kesuburan.
Baca Juga: Mengenal Kista Ovarium: Gejala, Penyebab, dan Pengobatan
Penyebab Oophoritis
Ada berbagai penyebab oophoritis yang perlu diwaspadai, seperti:
1. Infeksi Menular Seksual (IMS)
Infeksi menular seksual (IMS), seperti klamidia atau gonore dapat menjadi penyebab utama terjadinya oophoritis. Bakteri atau virus penyebab IMS dapat masuk ke ovarium melalui vagina atau leher rahim, dan menyebabkan peradangan pada jaringan ovarium.
Selain melalui IMS, penyebaran bakteri atau virus juga dapat terjadi ketika terjadi persalinan, aborsi, serta keguguran.
2. Radang Panggul (PID)
Radang panggul (Pelvic Inflammatory Disease) adalah peradangan yang terjadi pada organ panggul wanita, seperti ovarium, rahim, dan tuba falopi. PID terjadi
akibat dari infeksi bakteri yang masuk melalui vagina atau leher rahim ke organ panggul.
Jika PID tidak segera diobati, infeksi dapat menyebar ke ovarium dan menyebabkan oophoritis. Bakteri seperti Chlamydia trachomatis dan Neisseria gonorrhoeae menjadi penyebab umum oophoritis dapat merusak jaringan ovarium dan menyebabkan peradangan.
Faktor Risiko Oophoritis
Wanita berusia di bawah 35 tahun memiliki risiko paling besar mengalami oophoritis. Beberapa faktor risiko lainnya sebagai berikut:
1. Riwayat Oophoritis Sebelumnya
Riwayat oophoritis sebelumnya bisa membuat seseorang rentan terhadap infeksi atau kondisi yang dapat menyebabkan peradangan pada ovarium. Selain itu, riwayat penyakit ini sebelumnya mungkin telah menyebabkan kerusakan pada jaringan ovarium, sehingga dapat meningkatkan risiko kekambuhan.
2. Perilaku Seksual yang Tidak Aman
Perilaku seksual yang tidak aman, seperti tidak menggunakan kondom atau sering berganti pasangan seksual dapat meningkatkan risiko penularan infeksi menular seksual dan menyebabkan oophoritis.
3. Gangguan Kesehatan Reproduksi
Mengalami kondisi kesehatan reproduksi tertentu, seperti endometriosis atau kista ovarium dapat meningkatkan risiko penyakit ini.
Baca juga: Mengenal Ovulasi dan Tanda Masa Subur Wanita

Oophoritis menyebabkan siklus menstruasi lebih deras dari biasanya.
Gejala Oophoritis
Pada beberapa wanita, peradangan pada ovarium memang tidak menimbulkan gejala apapun. Namun, penderita bisa mengalami beberapa gangguan kesehatan, seperti:
1. Nyeri Perut Bagian Bawah
Nyeri perut bagian bawah menjadi gejala utama oophoritis. Nyeri tersebut merupakan respons terhadap peradangan dan kerusakan jaringan ovarium.
Lokasi nyeri dapat bervariasi, dari satu sisi panggul hingga menyebar ke seluruh perut bagian bawah.
2. Perdarahan Menstruasi yang Lebih Deras
Meski tidak semua mengalaminya, perdarahan menstruasi yang lebih deras dari biasanya dapat menjadi gejala oophoritis. Penyakit ini akan menyebabkan kerusakan pada ovarium dan mengganggu proses pelepasan sel telur atau produksi hormon yang terlibat dalam siklus menstruasi.
Hal ini menyebabkan perdarahan menstruasi yang lebih deras dari biasanya dapat terjadi. Jika Anda mengalami perubahan yang signifikan pada siklus menstruasi atau gejala mencurigakan lainnya, segera konsultasikan ke dokter untuk mendapat diagnosis yang tepat.
3. Demam
Demam adalah respon alami sistem kekebalan tubuh terhadap infeksi dan peradangan yang terjadi akibat oophoritis. Demam dapat terjadi bersamaan dengan gejala lain seperti nyeri panggul, perubahan siklus menstruasi, hingga keluarnya cairan vagina dengan bau tidak sedap.
4. Nyeri saat Berhubungan Intim
Oophoritis dapat menyebabkan ketidaknyamanan atau nyeri saat melakukan hubungan seksual. Peradangan pada jaringan ovarium membuat organ seksual menjadi lebih sensitif sehingga kontak fisik yang terjadi selama berhubungan intim dapat menyebabkan rasa sakit atau ketidaknyamanan yang lebih intens pada penderitanya. Gejala nyeri saat berhubungan intim dapat bervariasi dari ringan hingga parah dan tidak semua penderita oophoritis mengalami kondisi tersebut.
5. Gangguan Menstruasi
Oophoritis dapat memengaruhi produksi hormon-hormon yang mengatur siklus menstruasi, sehingga menyebabkan ketidakseimbangan hormon. Ketidakseimbangan hormon dapat menyebabkan gangguan pada pola siklus menstruasi, seperti menstruasi yang tidak teratur atau perdarahan di luar siklus menstruasi.
6. Keputihan yang Tidak Biasa
Oophoritis dapat menyebabkan perubahan dalam lingkungan vagina dan produksi lendir oleh kelenjar-kelenjar di sekitarnya, sehingga menyebabkan keputihan yang tidak biasa. Keputihan akibat penyakit ini memiliki bau yang tidak sedap atau berwarna tidak biasa, dan kadang-kadang dapat disertai dengan rasa gatal serta ketidaknyamanan pada area genital.
Cara Mencegah Oophoritis
Oophoritis banyak disebabkan oleh penularan virus atau bakteri. Oleh karena itu, perlu dilakukan langkah pencegahan agar tidak tertular, seperti berikut:
1. Praktikan Seks yang Aman
Menggunakan kondom saat berhubungan seksual dapat membantu mengurangi risiko infeksi pada organ reproduksi. Tidak berganti pasangan juga dapat mencegah risiko tertular penyakit menular seksual.
Selain itu, pemeriksaan kesehatan reproduksi secara teratur, terutama bagi mereka yang memiliki risiko tinggi, juga penting untuk mendeteksi dan mengobati infeksi sejak dini, sehingga dapat mengurangi risiko penyakit ini.
2. Menjaga Kebersihan Alat Kelamin
Selain praktik seks yang aman, menjaga kebersihan organ intim juga menjadi langkah mencegah oophoritis. Anda dapat menjaga kebersihan organ intim dengan cara mencuci area genital secara teratur menggunakan air dan sabun, terutama setelah berhubungan seksual.
Selain itu, langkah pengeringan setelah mencuci juga dapat membantu mencegah pertumbuhan bakteri di area genital. Selama mencuci, pastikan menggunakan produk sabun yang aman dan dirancang khusus untuk area genital.
Oophoritis yang tidak segera ditangani dapat menyebabkan kerusakan permanen pada ovarium. Oleh karena itu, penting untuk segera mencari bantuan medis jika mendapati gejala yang mencurigakan.
Baca Juga: 5 Ciri-ciri Rahim Sehat yang Harus Diketahui
Jika Anda memiliki gejala di atas, sebaiknya konsultasikan ke Ciputra IVF terdekat.
Di sana, Anda bisa mendapatkan penanganan yang sesuai. Ciputra IVF menawarkan layanan kesehatan lengkap, mulai dari konsultasi dengan dokter kandungan hingga tes kesuburan.
Anda dapat memeriksa jadwal dokter di Ciputra IVF dan membuat janji dengan mudah dan cepat melalui layanan WhatsApp.
Telah direview oleh dr. Surya Seftiawan Pratama
Source:
- Medical News Today. What to Know About Oophoritis. Diakses 2024.
- Healthline. What Is Oophoritis and How Is It Treated?. Diakses 2024.