10 Apr Ovulasi Adalah Tanda Subur: Apakah Gejala Awal Kehamilan?
Ovulasi dan masa subur adalah dua hal yang terjadi dalam siklus menstruasi. Masa subur terjadi beberapa waktu sebelum masa ovulasi. Pada sebagian wanita, tanda dan gejala ovulasi dapat diamati. Seperti apa lengkapnya? Selengkapnya simak di bawah ini.
Pengertian Ovulasi
Ovulasi merupakan salah satu proses yang terjadi dalam siklus menstruasi wanita. Siklus ini terjadi ketika sel telur yang sudah matang melepaskan diri dari indung telur menuju tuba fallopi. Kondisi ini menunjukkan sel telur sudah siap untuk dibuahi oleh sperma. Normalnya, setiap bulan akan ada sel telur matang yang siap dibuahi pada salah satu indung telur.
Dalam siklus menstruasi rata-rata 28 hari, ovulasi terjadi pada hari ke 12-14 sebelum periode menstruasi berikutnya. Kapan waktu pastinya setiap orang berbeda-beda, tergantung beberapa kondisi seperti masalah kesehatan, stres, kurangnya istirahat atau olahraga dengan intensitas berat.
Apa Perbedaan Masa Subur dan Ovulasi?
Masa subur wanita memiliki kaitan erat dengan proses ovulasi dalam siklus menstruasi. Masa subur merupakan proses pematangan sel telur sebelum terjadinya ovulasi. Umumnya, masa subur terjadi pada 5-7 hari sebelum sel telur melepaskan diri dari ovarium (ovulasi). Sebagai contoh, jika siklus menstruasi Anda adalah 28 hari, maka masa subur akan terjadi pada hari 10-14. Sedangkan, masa ovulasi atau pelepasan sel telur ada di hari ke 12-14. Melakukan hubungan seksual pada waktu-waktu tersebut akan memberikan peluang kehamilan sekitar 20%-30%.
Baca Juga: Ciri-Ciri Hamil Muda yang Sehat Bumil
Apa yang Dirasakan Wanita Saat Ovulasi?
Masa ovulasi pada wanita dapat berubah tergantung kondisi tubuh Anda. Terutama bila memiliki siklus menstruasi yang tidak teratur. Itulah sebabnya siklus ini setiap wanita berbeda-beda. Begitu juga dengan apa yang dirasakan wanita saat ovulasi, beberapa orang dapat mengalami gejalanya atau tidak sama sekali. Gejala dan tanda ovulasi pada wanita antara lain:
1. Perubahan Cairan Serviks
Selama masa ovulasi atau mendekati, tubuh akan memproduksi lebih banyak hormon estrogen. Meningkatnya produksi hormon estrogen menyebabkan peningkatan sekresi cairan serviks. Hal tersebut dapat memengaruhi konsistensi, tekstur, warna, dan jumlah cairan. Cairan serviks sebelum siklus ini akan memiliki tekstur kental, berwarna putih, dan kering. Sedangkan, selama ovulasi cairan akan menjadi bening dan licin seperti putih telur.
Perubahan cairan serviks selama siklus ini akan mempermudah sperma berenang ke dalam rahim dan saluran tuba untuk membuahi sel telur. Oleh karena itu, melakukan hubungan seksual pada masa ovulasi disarankan bagi mereka yang sedang merencanakan kehamilan.
Selain itu, perubahan cairan serviks juga menyebabkan wanita mengeluarkan lebih banyak cairan dari vaginanya. Anda tidak perlu khawatir akan hal tersebut karena hal itu masih normal dan sebagai tanda sedang berada pada masa ovulasi. Anda bisa mengecek konsistensi cairan serviks secara mandiri dengan langkah-langkah berikut:
- Mencuci tangan secara menyeluruh dengan sabun dan air hingga bersih.
- Masukkan jari telunjuk Anda ke dalam vagina hingga jari terasa basah.
- Keluarkan jari Anda dari dalam vagina dan amati tekstur cairan yang menempel di jari.
Selain itu, Anda juga bisa mengecek konsistensi cairan serviks dengan cara mengusapkan tisu ke vagina atau mengamati lendir yang menempel di celana dalam.
2. Perubahan Suhu Tubuh Basal
Suhu tubuh basal (BBT) adalah suhu tubuh saat istirahat atau ketika tidak melakukan aktivitas. Selama ovulasi, suhu tubuh akan mengalami peningkatan. Kondisi itu terjadi akibat tubuh mengeluarkan progesteron, yaitu hormon yang membantu menebalkan lapisan rahim sebagai persiapan implantasi embrio.
Suhu tubuh basal normalnya berada di angka 35,5-36 derajat celcius. Sedangkan, selama ovulasi suhu tubuh akan meningkat sekitar 0,5-1 derajat celcius. Waktu terbaik untuk mengukur suhu tubuh basal saat pagi hari sebelum bangun dari tempat tidur dan sebelum makan atau minum. Gunakan termometer digital khusus untuk mengukur suhu basal tubuh.
Baca Juga: Apa Saja Penyebab Lama Hamil Setelah Menikah?
3. Peningkatan Hasrat Seksual
Pada beberapa wanita, siklus ini bisa menyebabkan peningkatan hasrat seksual. Meningkatnya gairah seks terjadi karena adanya peningkatan produksi hormon estrogen dan hormon luteinizing (LH) selama proses pelepasan sel telur. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa peningkatan hasrat seksual umumnya dimulai 3 hari sebelum kadar hormon luteinizing memuncak. Kondisi tersebut akan berlangsung sekitar 6 hari lamanya.
4. Nyeri Payudara
Produksi hormon estrogen dan luteinizing (LH) selama siklus ini dapat menyebabkan nyeri payudara pada beberapa orang. Hal ini tergolong normal dan rasa sakit yang dialami mulai dari ringan hingga parah. Selain itu, penurunan jumlah hormon estrogen dan luteinizing ketika masa ovulasi berakhir juga dapat memicu nyeri payudara dan puting.
5. Nyeri Ovulasi
Nyeri ovulasi atau mittelschmerz adalah kondisi yang umum dialami oleh sebagian besar wanita selama siklus menstruasi. Rasa nyeri biasanya terjadi di perut bagian bawah pada salah satu sisinya atau panggul saja. Selain itu, bergantung juga pada ovarium mana yang bertugas untuk melepaskan sel telur selama siklus menstruasi tersebut. Nyeri ovulasi umumnya dapat hilang dengan sendirinya dalam hitungan menit hingga jam.
Rasa nyeri akibat ovulasi dipicu oleh folikel yang berisi sel telur membesar dan pecah. Hal tersebut terjadi akibat kadar hormon luteinizing dalam tubuh memuncak. Setelah sel telur dilepaskan, tuba falopi akan mengalami kontraksi.
Darah dan cairan lain dari folikel yang pecah dapat masuk ke rongga perut, panggul atau keduanya. Hal itulah yang akhirnya memicu nyeri selama ovulasi berlangsung. Namun, jika nyeri ovulasi berlangsung cukup lama dan tidak kunjung hilang. Segera periksakan diri ke dokter untuk mencegah masalah kesehatan lain yang lebih serius.
6. Pendarahan Ringan atau Bercak
Bercak selama siklus ini tergolong hal yang normal terjadi. Gejala siklus ini terjadi ketika folikel yang berisi sel telur matang pecah sehingga menyebabkan pendarahan ringan. Pendarahan yang terjadi selama ovulasi berbeda dengan pendarahan saat haid. Pada pendarahan siklus ini, darah yang keluar umumnya berwarna merah hingga coklat tua dan lebih mirip bercak. Pada kondisi ini Anda tidak perlu khawatir, kecuali jika pendarahan atau bercak yang terjadi berlangsung cukup lama.
7. Indera Penciuman dan Perasa yang Meningkat
Gejala dan tanda yang dirasakan wanita selama ovulasi berikutnya adalah meningkatnya kepekaan indera. Meskipun tidak semua, sebagian wanita akan merasakan peningkatan sensitivitas pada indera penciumannya. Kondisi ini dapat membuat wanita lebih peka dalam mencium bau-bau sesuatu hal yang dipegangnya atau di sekitarnya. Selain meningkatkan sensitivitas indera penciuman, beberapa wanita juga mengalami peningkatan pada indera perasa selama siklus ini.
Baca Juga: Jeruk Nipis untuk Ibu Hamil: Manfaat dan Efek Samping!
8. Perubahan Posisi Serviks
Mendekati siklus ini, posisi serviks Anda akan mengalami perubahan. Posisi serviks akan berpindah naik ke atas vagina, menjadi lebih lembut dan lembab. Selain itu, selama masa ovulasi serviks akan menjadi lebih terbuka daripada biasanya. Hal itu bertujuan untuk membantu sperma masuk lebih mudah ke dalam rahim.
9. Perubahan Suasana Hati dan Nafsu Makan
Selama siklus ini, tubuh akan memproduksi hormon estrogen lebih banyak daripada biasanya. Meningkatnya hormon reproduksi ini membuat wanita lebih sering mengalami perubahan suasana hati. Itulah mengapa, beberapa wanita menjadi lebih sensitif selama siklus menstruasi berlangsung. Selain itu, fluktuasi hormon selama siklus ini juga bisa menyebabkan perubahan nafsu makan pada sebagian orang.
Apakah Wanita yang Tidak Ovulasi Berpotensi Mengalami Infertilitas?
Ovulasi atau pelepasan sel telur harus terjadi untuk bisa mencapai kehamilan. Jika siklus ini tidak teratur, tetapi tidak sepenuhnya hilang, kondisi itu disebut dengan oligoovulasi. Sedangkan, anovulasi berarti kurangnya siklus ini atau tidak terjadi ovulasi sama sekali. Baik anovulasi atau oligovulasi, keduanya termasuk dalam disfungsi ovulasi.
Disfungsi ovulasi adalah penyebab umum infertilitas pada wanita. Anovulasi akan menyebabkan wanita tidak bisa hamil karena tidak adanya sel telur yang dibuahi. Sedangkan, pada wanita yang masa ovulasinya tidak teratur, akan memiliki lebih sedikit kesempatan untuk hamil. Selain itu, sel telur yang dihasilkan pada siklus ini tidak teratur jarang memiliki kualitas baik, sehingga kemungkinan terjadinya pembuahan juga lebih kecil.
Itulah beberapa ciri-ciri ovulasi berlangsung. Ovulasi adalah siklus bulanan pada wanita dalam mempersiapkan pembuahan. Jika sel telur tidak dibuahi, maka tidak akan terjadi kehamilan dan sel telur akan luruh bersamaan dengan menstruasi.
Telah direview oleh dr. Sony Prabowo
Source:
- Apa itu Ovulasi? – Healthline
- Apa itu Ovulasi? – American Pregnancy Association
- Kapan Anda Berovulasi? Durasi dan Gejala