22 Sep Apa Itu Ovum? Fungsi, Struktur, Penyakit, dan Pengobatan
Ovarium adalah organ reproduksi utama pada wanita. Ovarium memiliki fungsi penting terkait reproduksi hormon dan sel telur pada wanita. Ovarium menghasilkan sel telur atau ovum yang nantinya akan dibuahi oleh sel sperma dan berkembang menjadi janin. Ovarium perlu dijaga kesehatannya agar fungsi reproduksi dapat berjalan dengan baik. Yuk, ketahui apa itu ovum, ovarium, fungsi, dan strukturnya di bawah ini!
Apa Itu Ovum, Fungsi dan Strukturnya?
Ovum merupakan sel tunggal yang diproduksi atau dilepaskan oleh salah satu organ reproduksi wanita, yaitu ovarium. Ovarium adalah organ yang menjadi wadah untuk berkembangnya organisme baru setelah terjadi pembuahan dengan sperma.
Ovum memiliki nukleus sentra yang mengandung materi genetik. Materi genetik ini nanti akan menentukan karakteristik yang diwariskan kepada calon bayi. Terdapat plasma sel di sekitar nukleus ovum yang mengandung unsur nutrisi penting untuk perkembangan sel telur.
Baca Juga: Organ Reproduksi Wanita: Anatomi dan Fungsi
Fungsi Ovarium pada Organ Reproduksi Wanita
Ovarium adalah bagian penting dari fungsi dan perkembangan sistem reproduksi wanita. Ovarium memiliki tiga fungsi utama, yaitu memproduksi hormon, melepaskan sel telur untuk pembuahan, dan melindungi sel telur yang berkembang sebelum sampai ke rahim.
Pertama, ovarium memproduksi hormon reproduksi yang disebut estrogen dan progesteron. Hormon-hormon ini berguna untuk membantu mengembangkan karakteristik wanita, seperti pertumbuhan payudara dan pinggul. Kedua, pelepasan sel telur yang terjadi setiap siklus menstruasi, biasa disebut juga ovulasi.
Diketahui dalam setiap ovarium wanita dewasa secara seksual terdapat 34.000 folikel yang berkembang di dalamnya. Ketiga, ovarium berfungsi untuk melindungi sel telur yang telah berkembang akibat pembuahan. Sel telur yang matang akan dilepaskan pada masa ovulasi dan dapat dibuahi oleh sperma sehingga berkembang menjadi janin. Wanita terlahir dengan semua sel telur yang dimilikinya, yakni sekitar 1-2 juta sel.
Seiring berjalannya waktu, jumlah sel telur akan menurun melalui dua cara. Pertama, melalui siklus haid, di mana seribu sel telur akan hilang setiap bulannya setelah pubertas. Kedua, karena faktor usia. Pada usia 35 tahun, hanya tersisa sekitar 6 persen sel telur di dalam ovarium wanita. Kualitas sel telur pun juga berkurang seiring dengan bertambahnya usia.
Baca Juga: Fertilisasi Adalah Pembuahan, Begini Tahapannya
Di mana Letak Ovum Berada?
Apa itu ovum? Ovum adalah sel telur yang terletak di dalam ovarium atau indung telur. Ovarium sendiri terletak pada kedua sisi rahim di dinding panggul. Ovarium ditopang oleh beberapa otot dan ligamen yang melekat pada rahim.
Ligamen tersebut menghubungkan ovarium dengan rahim. Namun, rahim dan ovarium tidak saling bersentuhan. Sebelum masa pubertas, ovarium hanyalah kumpulan jaringan berbentuk panjang. Seiring berjalannya waktu, ovarium menjadi lebih matang dan berkembang seukuran buah anggur besar pada wanita dewasa.
Gangguan Penyakit pada Ovum yang Memengaruhi Fertilitas dan Pengobatannya
Beberapa wanita akan merasakan sakit ketika masa ovulasi berlangsung. Gejala yang muncul dapat berupa sakit atau kram perut hingga pendarahan ringan. Gejala yang berlebihan dan tidak kunjung berhenti dapat menjadi tanda adanya gangguan penyakit pada ovum atau ovarium.
Gangguan penyakit yang memengaruhi fertilitas pada wanita, meliputi:
1. Sindrom Ovarium Polikistik
Gangguan endrokrin yang paling umum dialami oleh wanita pada masa suburnya. Gangguan ini menjadi salah satu penyebab infertilitas wanita. Gejala yang sering muncul adalah keterlambatan jadwal menstruasi. Penyebab sindrom ovarium polikistik juga akan beragam pada setiap individu.
2. Endometriosis Ovarium
Endometriosis adalah penyakit yang terjadi akibat adanya pertumbuhan jaringan di luar rahim. Sel endometrium ini dapat mencapai organ di sekitar rahim, seperti kandung kemih, usus, ovarium, ligamen, dan lainnya. Gejala yang ditimbulkan adalah nyeri panggul terutama saat menstruasi. Gangguan ini memengaruhi fertilitas wanita karena cadangan folikel menjadi lebih rendah dan penurunan kualitas oosit.
3. Kegagalan Ovarium Dini
Kegagalan ovarium dini menyebabkan terjadinya penurunan atau tidak adanya folikel. Fungsi ovarium berhenti sebagian atau seluruhnya sebelum usia 40 tahun. Penyebabnya beragam, mulai dari sindrom genetik, autoimun, gangguan endokrin akibat pengobatan, dan pengangkatan ovarium. Gejala yang muncul adalah vagina kering, penurunan libido, gangguan mood, insomnia, osteoporosis, dan masalah kesuburan.
Baca Juga: Cara Mencegah dan Mengobati Endometriosis
4. Kanker Ovarium
Kanker wanita yang menempati urutan ketiga di Indonesia dan merupakan penyebab utama kematian pada kanker ginekologi. Gejala yang ditimbulkan adalah nyeri panggul, penurunan berat badan, menstruasi tidak normal, perut terasa kembung, dan lain sebagainya. Gejala tidak muncul pada awal terjadinya infeksi, melainkan ketika sudah masuk stadium lanjut. Kanker ovarium mewakili 4-5% tumor pada wanita.
Selain itu, ada juga penyakit lainnya seperti klamidia, gonore, tumor hipofisis, fibroid, dan sejenisnya yang dapat memengaruhi kesehatan sistem reproduksi wanita. Penyakit terkait ovarium, tentunya akan berpengaruh terhadap infertilitas dan penurunan produksi sel telur.
Pengobatan untuk Gangguan pada Ovum
Ada beberapa pengobatan yang dapat dilakukan, meliputi:
- Pemberian antibiotik untuk infeksi gangguan penyakit.
- Pembedahan atau operasi, seperti laparoskopi atau ooferektomi (pengangkatan ovarium)
- Menjalani kemoterapi atau radiasi untuk penderita kanker ovarium.
- Pemberian obat, seperti asetaminofen, ibuprofen, atau pereda nyeri lainnya.
- Konsumsi pil KB hormonal atau terapi hormon.
Ovarium berperan penting bagi kesuburan reproduksi wanita. Penting untuk wanita menjaga organ reproduksi agar tetap sehat. Ada banyak gangguan penyakit yang dapat menyerang organ reproduksi wanita hingga menyebabkan terjadinya infertilitas. Lakukanlah pemeriksaan rutin ke dokter untuk mengenali gangguan penyakit reproduksi lebih awal.
Telah direview oleh dr. Steffe Lie
Source:
Tim Konten Medis