
07 Sep Mengenal Klimakterium pada Wanita dan Gejalanya
Klimakterium adalah tahapan yang terjadi karena kondisi dan fungsi rahim wanita mengalami penurunan dan tidak berfungsi lagi. Klimakterium seringkali kurang dikenal dibandingkan fase menopause. Klimakterium terjadi dari 2 hingga 8 tahun sebelum dan sesudah fase menopause yang ditandai dengan perubahan faktor biologis, psikologis, dan sosial. Selain itu, klimakterium juga dapat menimbulkan beberapa gejala dan dampak. Yuk, simak penjelasan di bawah ini!
Apa Itu Klimakterium?
Klimakterium adalah fase alami yang dialami oleh wanita, mulai dari pre-menopause, fase menopause, hingga pascamenopause. Fase ini ditandai dengan rentang waktu yang lebih lama, yaitu dari 2 hingga 8 tahun sebelum hingga sesudah menopause. Klimakterium ini disertai dengan beberapa konsekuensi kesehatan, seperti gejala menopause, osteoporosis, penyakit jantung coroner, atau penyakit Alzheimer. Setiap wanita memiliki gejala dan dampak yang berbeda-beda dari fase klimakterium ini.
Apa Perbedaan Menopause dan Klimakterium?
Klimakterium dan menopause merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan kejadian klinis terkait dengan penurunan fungsi ovarium atau sistem reproduksi. Secara global, menopause lebih sering disebut dibandingkan klimakterium dan kedua istilah memiliki pengertian yang berbeda. Menopause menggambarkan peristiwa atau fase dimana menstruasi berhenti secara permanen.
Sementara itu, klimakterium mengacu pada proses perubahan fungsi ovarium secara bertahap, yang dimulai sebelum menopause dan berlanjut hingga pascamenopause. Oleh karena itu, klimakterium termasuk fase pre-menopause, menopause, dan pascamenopause.
Baca Juga: Bayi Tabung Cara Memiliki Keturunan Terhadap Gangguan Kesuburan (In Vitro Fertilization)
Gejala pada Masa Klimakterium
Gejala pada masa klimakterium pada setiap orang dapat berbeda. Gejala-gejala klimakterium yang umum dan banyak ditemui:
1. Hot Flashes
Hot flashes (HFs) adalah gejala paling umum yang terjadi pada masa klimakterium. Hal ini ditandai dengan rasa hangat intens, berkeringat, memerah, dan menggigil. Hot flashes dapat terjadi pada waktu siang-malam hari, dengan durasi satu hingga lima menit atau bahkan satu jam. Gejala ini dapat dipicu oleh perubahan suhu lingkungan, rasa malu, stres, kafein, atau alkohol.
2. Gangguan Tidur
Gangguan tidur, seperti insomnia kerap memengaruhi 12-57% wanita yang sedang berada dalam fase pre dan pascamenopause. Gangguan tidur adalah salah satu gejala klimakterium yang sangat menganggu dan berpengaruh pada suasana hati serta kecemasan. Faktor yang dapat menyebabkan gangguan tidur ini antara lain, stres kronis, rasa nyeri, sosial ekonomi, masalah keluarga, hingga penyalahgunaan obat.
3. Gangguan Muskuloskeletal
Gangguan muskuloskeletal kronis kerap dialami oleh banyak orang, terutama yang mengalami penurunan kekuatan otot dan meningkatkan risiko jatuh ketika berjalan atau berdiri. Gejala ini juga disertai dengan nyeri sendi, tungkai, dan sakit punggung yang bisa menyebar dengan cepat. Hal tersebut tentunya berdampak buruk pada kualitas hidup sang penderita.
Baca Juga: Egg Freezing: Kunci Kesuburan untuk Masa Depan
4. Elastisitas Kulit Menurun
Penuaan alami berdampak pada kulit yang menipis dan keriput. Proses penuaan ini bisa semakin cepat terjadi pada masa menopause atau klimakterium. Pada saat ini, kulit dan mukosa akan menipis lebih cepat dan kehilangan viskoelastisitasnya. Kekurangan hormon esterogen juga dapat menimbulkan efek negatif pada kesehatan kulit wanita.
5. Perubahan Secara Psikologis
Hormon estrogen adalah hormon seks yang diproduksi oleh ovarium. Pada fase ini, terjadi penurunan hormon estrogen yang dapat menimbulkan perubahan psikologis pada wanita. Gejala psikologis yang dapat muncul, meliputi kegugupan, agresivitas, lekas marah, agitasi, suasana hati tidak stabil, dan depresi. Kondisi ini menjadi lebih serius pada wanita yang mengalami hot flashes selama masa klimakterium, yang menyebabkan mereka merasa tertekan secara mental.
6. Penurunan Gairah Seksual
Gairah seksual dipengaruhi oleh berbagai faktor hormonal dan non-hormonal. Ketika kadar hormon seksual dalam tubuh wanita berkurang, hal ini akan menyebabkan penurunan gairah seksual. Kondisi ini terjadi selama masa transisi menuju menopause, yang dapat mengakibatkan disfungsi seksual dan menurunnya gairah seksual.
7. Perubahan Kualitas Hidup
Kualitas hidup wanita yang berada di masa klimakterium dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari gejala yang dialami selama masa klimakterium, fase menopause, hingga karakteristik sosio-demografi. Perubahan kualitas hidup ini dapat berupa menurunnya kekuatan otot, gangguan tidur, hingga perubahan mood.
Baca Juga: Apakah Kista Pengaruhi Kesuburan Wanita?
Dampak atau Pengaruh Klimakterium Terhadap Kesuburan
Klimakterium merupakan suatu tahap peralihan dari masa reproduktif ke non-reproduktif, biasanya terjadi antara usia 40 hingga 55 tahun. Pada masa ini, wanita tidak lagi bisa memiliki anak karena telah melewati masa subur mereka. Klimakterium terdiri dari tiga fase, yaitu pre-menopause, menopause, dan pascamenopause. Gejala yang ditimbulkan meliputi hot flashes, gangguan tidur, menurunnya gairah seksual, hingga perubahan kualitas hidup.
Sementarea pada fase pre-menopause, kemungkinan wanita masih dapat hamil meskipun akan lebih sulit dibandingkan ketika mereka masih berada dalam masa subur atau aktif secara reproduksi. Namun, setelah memasuki fase menopause, wanita secara alami tidak lagi bisa hamil. Jika dampaknya berat hingga mengganggu kehidupan sehari-hari, segera periksa ke dokter.
Telah direview oleh dr. Steffe Lie
Source:
- Model Layanan Kesehatan Integratif untuk Wanita Tahap Klimakterik: Desain Intervensi
- Menopause atau Klimakterik, Sekadar Pembahasan Semantik atau Ada Implikasi Klinisnya?
- Menopause Dini dan Kesuburan
Tim Konten Medis