25 Des Mengenal DNA Fragmentation Index (DFI) dan Kehamilan
DNA Fragmentation Index (DFI) mengukur tingkat kerusakan DNA pada sel sperma yang dapat memengaruhi kesuburan pria. DFI tinggi dapat mengindikasikan risiko kegagalan reproduksi dan kesulitan dalam mencapai kehamilan.
Bagi banyak pasangan yang ingin memiliki anak, kesuburan menjadi faktor penting yang memengaruhi peluang kehamilan. Namun, faktor yang sering terabaikan adalah kualitas sperma bukan hanya jumlahnya.
Salah satu indikator utama yang dapat memengaruhi kualitas sperma adalah DNA Fragmentation Index (DFI) yang mengukur kerusakan pada DNA dalam sel sperma. Semakin tinggi DFI, semakin besar kemungkinan sel sperma tersebut tidak dapat membuahi sel telur dengan efektif.
Apa Itu DNA Fragmentation Index (DFI)?
DNA Fragmentation Index (DFI) adalah tes kesuburan pria mengukur tingkat kerusakan pada DNA sperma yang terjadi ketika rantai DNA terputus. Meskipun semua pria memiliki sedikit kerusakan pada DNA spermanya, tingkat kerusakan yang tinggi bisa mengindikasikan kesulitan dalam mencapai atau mempertahankan kehamilan.
Tes ini lebih mendalam daripada analisis semen yang hanya mengukur jumlah, bentuk, dan pergerakan sperma. Hal ini karena DFI dapat mendeteksi kerusakan DNA yang tidak terlihat pada tes semen biasa.
Meskipun kualitas sperma dari segi jumlah dan motilitas bisa normal, kerusakan DNA yang tinggi tetap dapat mengganggu proses pembuahan. Sel telur memiliki kemampuan untuk memperbaiki sebagian kerusakan pada DNA sperma saat pembuahan, tetapi ada batasan jumlah kerusakan yang bisa diperbaiki.
Jika kerusakan melebihi kapasitas perbaikan sel telur, kehamilan bisa terhambat.
Baca Juga: Cara Membedakan Sperma Subur dan Tidak
Bagaimana Hasil dari Tes DNA Fragmentation Index (DFI)?
Saat Anda menerima hasil tes indeks fragmentasi DNA (DFI), sangat penting berkonsultasi dengan dokter untuk menjelaskan segala pertanyaan yang mungkin Anda miliki mengenai hasil tersebut.
Pada laporan SCSA, biasanya Anda akan menemukan panduan dengan 4 kategori yang membantu memahami sejauh mana kualitas sperma berdasarkan tingkat kerusakan DNA yang terdeteksi:
- Sangat Baik hingga Baik (DFI ≤ 15%): Ini menunjukkan bahwa kualitas sperma Anda sangat baik dengan tingkat kerusakan DNA yang rendah.
- Baik hingga Cukup (15% < DFI < 25%): Hasil ini menunjukkan kualitas sperma yang masih baik, meskipun ada sedikit kerusakan DNA pada sebagian sel sperma.
- Cukup hingga Buruk (25% ≤ DFI < 50%): Pada kategori ini, terdapat tingkat kerusakan DNA yang cukup tinggi yang dapat memengaruhi kemampuan sperma untuk membuahi sel telur.
- Sangat Buruk (DFI ≥ 50%): Ini menunjukkan tingkat kerusakan DNA sangat tinggi yang berisiko menghambat keberhasilan pembuahan dan dapat berhubungan dengan masalah kesuburan yang lebih serius.
Sebagai contoh, seorang pasien dengan DFI 8,2% termasuk dalam kategori “sangat baik hingga baik”. Ini berarti bahwa hanya 8,2% dari sel sperma mereka yang mengalami kerusakan DNA yang menunjukkan kualitas sperma cukup baik untuk proses reproduksi.
Apa Penyebab DNA Fragmentation?
Fragmentasi DNA sperma (SDF) bisa terjadi karena berbagai hal, seperti adanya varikokel (pembesaran pembuluh darah di sekitar testis), infeksi, usia pria yang semakin tua, terlalu sering terpapar panas, atau gaya hidup yang tidak sehat.
Banyak dari penyebab ini berkaitan dengan ROS (spesies oksigen reaktif), yaitu molekul yang dapat merusak sperma. ROS ini bisa diproduksi oleh sel sperma sendiri atau sel darah putih yang ada di tubuh.
Jika jumlah ROS ini tidak terjaga dengan baik, bisa menyebabkan kerusakan pada DNA sperma atau stres oksidatif. Salah satu penyebab umum stres oksidatif adalah varikokel yang mengganggu aliran darah ke testis, sehingga bisa merusak kualitas sperma.
Beberapa penelitian juga mengungkapkan bahwa faktor lingkungan, seperti pola makan yang buruk dan polusi udara dapat memperburuk kondisi stres oksidatif dan meningkatkan fragmentasi DNA sperma.
Selain itu, kebiasaan buruk seperti merokok dan mengonsumsi alkohol juga sangat berkontribusi terhadap terjadinya kerusakan pada sel sperma. Banyak pria yang terpapar faktor-faktor ini dalam kehidupan sehari-hari mereka tanpa menyadarinya.
Oleh karena itu, bagi pasangan yang berusaha untuk memiliki anak, sangat penting untuk memahami dan mengelola faktor-faktor ini demi meningkatkan peluang kehamilan yang sehat.
Faktor Risiko Penyebab DNA Fragmentation
Adapun beberapa faktor risiko yang menjadi penyebab DNA Fragmentation. Di antaranya:
1. Waktu Setelah Ejakulasi
DNA sperma bisa rusak seiring berjalannya waktu setelah ejakulasi. Semakin lama waktu berlalu, semakin tinggi risiko kerusakan pada DNA sperma.
Hal ini bisa berbeda-beda antar orang dan salah satu penyebabnya bisa terkait dengan protein tertentu yang ada pada sperma.
2. Metode Pengumpulan, Ekstender, dan Perlakuan Setelah Ejakulasi
Cara pengumpulan semen, waktu saat semen diambil, dan bahan tambahan (ekstender) yang digunakan dapat memengaruhi kualitas DNA sperma. Misalnya, sperma yang terkumpul dengan vagina buatan memiliki tingkat kerusakan DNA yang lebih rendah daripada dengan cara lain.
Selain itu, pengumpulan pada musim kawin dengan ekstender yang tepat dapat menjaga kualitas sperma lebih baik.
Baca Juga: 6 Ciri-Ciri Sperma Tidak Sehat
3. Teknik Persiapan Sperma untuk IVF
Teknik seperti kapasitasi sperma dan reaksi akrosom yang digunakan dalam proses bayi tabung tidak merusak DNA sperma. Teknik-teknik ini justru membantu mempersiapkan sperma untuk membuahi sel telur dengan lebih baik, bahkan dapat mengurangi kerusakan DNA sperma.
4. Suhu Penyimpanan dan Pembekuan
Sperma yang disimpan pada suhu lebih rendah (antara 5 °C dan 15 °C) akan lebih tahan lama dan DNA-nya lebih terjaga. Namun, meskipun pembekuan sperma bisa untuk menjaga kesuburan, proses ini bisa menyebabkan kerusakan pada sperma dan menurunkan kualitas DNA-nya.
5. Seleksi Jenis Kelamin Sperma
Teknik seleksi jenis kelamin sperma dapat menentukan jenis kelamin bayi dengan akurasi tinggi. Meskipun tidak memengaruhi kualitas DNA pada beberapa hewan, efeknya pada sperma sapi masih perlu penelitian lebih lanjut.
Hal ini karena setelah pembekuan, sperma yang terpilih jenis kelaminnya menunjukkan kerusakan DNA lebih tinggi.
6. Stres Oksidatif Pasca-Testikular
Sperma yang belum matang menghasilkan zat berbahaya yang disebut ROS yang bisa merusak DNA sperma yang sudah matang. Kerusakan ini terjadi setelah sperma keluar dari testis dan bisa diperburuk oleh suhu tinggi.
Penggunaan antioksidan bisa membantu mengurangi kerusakan ini, meskipun beberapa jenis antioksidan justru bisa mempengaruhi kualitas sperma.
7. Varikokel
Varikokel adalah pembengkakan pembuluh darah di sekitar testis yang terjadi pada sekitar 15-20% pria. Kondisi ini merupakan salah satu penyebab utama kualitas semen yang buruk.
Penelitian menunjukkan pria dengan varikokel memiliki tingkat kerusakan DNA sperma yang lebih tinggi yang bisa mengurangi kemungkinan hamil. Varikokel menyebabkan sperma memiliki DNA yang kurang baik dan lebih sulit membuahi sel telur.
8. Infeksi Bakteri
Infeksi bakteri seperti Chlamydia trachomatis dan Mycoplasma dapat meningkatkan kerusakan DNA pada sperma. Peningkatan kerusakan ini lebih besar dibandingkan dengan perubahan pada kualitas semen biasa yang bisa menurunkan kesuburan.
Pengobatan antibiotik bisa membantu mengurangi kerusakan DNA yang disebabkan infeksi ini.
9. Usia
Ada penelitian yang menunjukkan bahwa usia pria tidak terlalu memengaruhi kualitas semen dan kerusakan DNA pada sperma. Namun, penelitian lain menunjukkan bahwa semakin tua usia pria, semakin tinggi kerusakan DNA pada sperma.
Pria yang lebih muda dari 35 tahun cenderung memiliki kerusakan DNA yang lebih rendah pada sperma mereka.
10. Abstinensi
Penelitian awal menunjukkan bahwa jika pria menahan ejakulasi lebih lama, jumlah sperma dan volume semen bisa meningkat. Namun, abstinensi tidak memengaruhi kualitas sperma secara signifikan.
Periode abstinensi yang sangat pendek, seperti 24 jam bisa memengaruhi kualitas kromatin (bagian dari DNA dalam sperma), tetapi penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa semakin pendek waktu abstinensi, semakin baik kualitas DNA sperma.
11. Suhu Testis
Fungsi testis sangat dipengaruhi oleh suhu. Pada beberapa hewan, testis dijaga agar tetap lebih dingin daripada suhu tubuh.
Penelitian pada tikus menunjukkan bahwa suhu yang terlalu panas (lebih dari 40-42°C) dapat menyebabkan kerusakan pada DNA sperma. Stres panas juga dapat menurunkan peluang kehamilan.
12. Reaksi terhadap Prosedur Klinis, Obat-obatan, atau Vaksin
Pengobatan seperti kemoterapi dan radioterapi bisa menyebabkan kerusakan pada DNA sperma. Beberapa obat, seperti paroksetin, juga diketahui menyebabkan kerusakan DNA sperma.
Beberapa vaksin, seperti Miloxan pada domba, bisa meningkatkan kerusakan DNA pada sperma, meskipun efek ini biasanya bisa pulih setelah beberapa waktu.
13. Paparan terhadap Bahan Kimia Lingkungan
Beberapa bahan kimia yang ada di lingkungan, seperti polusi udara, dapat menyebabkan kerusakan pada DNA sperma. Banyak bahan kimia yang bisa ditemukan dalam tubuh kita, tetapi hanya sedikit yang diteliti khusus untuk efeknya terhadap DNA sperma.
Penelitian menunjukkan bahwa paparan polusi udara yang tinggi dapat meningkatkan kerusakan DNA pada sperma.
Apakah DNA Fragmentation Bisa Berdampak pada Kesuburan?
Pada umumnya, pertanyaan tentang apakah kerusakan DNA pada sperma memengaruhi kesuburan lebih sering ditanyakan dalam konteks teknik reproduksi berbantu (TRB), terutama dalam prosedur ICSI (Injeksi Sperma Intracytoplasmik).
Dalam ICSI, satu sperma dipilih dan disuntikkan langsung ke sel telur. Biasanya, hanya satu sperma dari sekitar 300 juta sperma yang ada dalam ejakulasi yang berhasil membuahi sel telur. Ini sebabnya alam menciptakan jumlah sperma yang sangat banyak.
Hal ini karena hanya yang paling kuat yang berhasil mencapai sel telur.
Namun, saat menggunakan ICSI, proses seleksi alami ini tidak terjadi sehingga sperma dengan kerusakan DNA bisa saja terpilih. Hal ini menjadi perhatian, karena ada kemungkinan adanya risiko kelainan pada bayi jika sperma dengan kerusakan DNA tinggi digunakan dalam ICSI.
Selain itu, penelitian juga berfokus pada apakah pria dengan tingkat kerusakan DNA sperma yang tinggi memiliki keberhasilan yang lebih rendah dalam cara-cara reproduksi lainnya.
Baca Juga: 5 Cara Mengatasi Oligospermia (Jumlah Sperma Kurang)
Layanan DNA Fragmentation di Ciputra IVF
Jika Anda khawatir tentang kualitas sperma dan kesuburan, penting untuk melakukan pemeriksaan DNA fragmentation. Ciputra IVF menawarkan layanan pemeriksaan DNA fragmentation.
Prosedur ini dapat membantu menilai tingkat kerusakan DNA sperma Anda yang berpengaruh besar terhadap keberhasilan pembuahan dan kehamilan. Pemeriksaan ini dapat memberikan wawasan tentang kesehatan sperma dan potensi masalah kesuburan yang mungkin Anda hadapi.
Segera lakukan pemeriksaan kesuburan dan kesehatan sperma di Ciputra IVF untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas tentang kondisi Anda dan langkah-langkah yang dapat diambil untuk meningkatkan peluang kehamilan.
Telah direview oleh Dr. Adrian Setiawan, Sp. OG
Source:
- Concept Fertility. Sperm DNA Fragmentation. Desember 2024.
- International Journal of Molecular Sciences. Types, Causes, Detection and Repair of DNA Fragmentation in Animal and Human Sperm Cells. Desember 2024.
- Path Fertility. What is Sperm DNA Fragmentation?. Desember 2024.