
07 Jul Waspadai 17 Penyakit yang Memengaruhi Kesuburan
Penyakit yang memengaruhi kesuburan pada wanita dan pria dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk gangguan hormonal, infeksi, atau kelainan struktural. Kondisi seperti endometriosis pada wanita atau varikokel pada pria dapat menghambat kemampuan untuk hamil.
Kesuburan adalah aspek penting dalam kehidupan banyak pasangan, namun beberapa penyakit dapat menghalangi kemampuan untuk memiliki anak. Baik wanita maupun pria dapat mengalami kondisi medis yang memengaruhi kesuburan yang sering kali tidak disadari hingga pasangan mencoba untuk hamil.
Beberapa penyakit seperti sindrom ovarium polikistik (PCOS), endometriosis, atau masalah pada sperma dapat menurunkan peluang kehamilan. Memahami penyebab dan gejala penyakit yang memengaruhi kesuburan adalah langkah pertama untuk mengatasi masalah ini dan mencari solusi yang tepat.
Penyakit Gangguan Kesuburan pada Wanita
Kesuburan wanita bisa karena berbagai kondisi medis yang dapat mengganggu sistem reproduksi. Beberapa penyakit atau gangguan ini bisa memengaruhi proses ovulasi, kehamilan, atau fungsi organ reproduksi lainnya.
Berikut adalah beberapa penyakit yang dapat mengganggu kesuburan pada wanita:
1. Radang Panggul (PID)
Radang panggul adalah infeksi pada organ reproduksi wanita, termasuk rahim, saluran tuba, dan ovarium. Penyakit ini sering karena adanya infeksi menular seksual seperti klamidia atau gonore yang jika tidak diobati menyebar ke bagian lain dari sistem reproduksi.
Penyakit ini menyebabkan kerusakan pada saluran tuba yang dapat mengganggu proses kehamilan, bahkan meningkatkan risiko kehamilan di luar kandungan (kehamilan ektopik).
Baca Juga: Cara Meningkatkan Kesuburan Wanita, Seperti Apa?
2. Miom
Miom adalah tumor jinak yang tumbuh di dinding rahim dan sangat umum terjadi pada wanita usia subur. Meskipun miom sering tidak menimbulkan gejala, miom besar atau yang terletak di dekat saluran tuba atau rahim dapat mengganggu proses pembuahan atau implantasi embrio.
Miom dapat menyebabkan perdarahan menstruasi yang berat, nyeri panggul, dan kadang-kadang kesulitan dalam hamil. Terutama, miom yang terletak di dalam rongga rahim (miom submukosa) lebih berisiko menyebabkan penyakit yang membuat sulit hamil karena dapat menghalangi jalan lahir bagi embrio.
3. Endometriosis
Endometriosis kondisi di mana jaringan yang mirip dengan lapisan dalam rahim (endometrium) tumbuh di luar rahim, seperti di ovarium, saluran tuba, atau jaringan panggul lainnya. Hal ini menyebabkan peradangan dan rasa sakit yang bisa sangat mengganggu.
Pada wanita dengan endometriosis, jaringan yang tumbuh di luar rahim juga ikut berdarah setiap kali siklus menstruasi, tetapi darah tersebut tidak bisa keluar dari tubuh, menyebabkan peradangan, pembentukan jaringan parut, dan penghalangan saluran tuba. Akibatnya, endometriosis dapat mengganggu ovulasi dan proses pembuahan, serta meningkatkan risiko keguguran.
4. Endometritis
Endometritis adalah peradangan pada lapisan dalam rahim (endometrium) yang sering kali karena infeksi bakteri, terutama setelah persalinan atau prosedur medis yang melibatkan rahim, seperti kuret. Peradangan ini dapat menyebabkan ketidakseimbangan hormonal dan mengganggu proses implantasi embrio.
Selain itu, infeksi yang menyebabkan endometritis bisa menurunkan kualitas sel telur atau menyebabkan gangguan pada keseimbangan mikroflora rahim yang penting untuk kehamilan sehat. Gejala umum endometritis meliputi nyeri perut bagian bawah, demam, dan perdarahan yang tidak normal.
5. Kista Ovarium
Kista ovarium merupakan kantung berisi cairan yang terbentuk di ovarium. Sebagian besar kista ovarium bersifat jinak dan sering kali tidak menimbulkan gejala, tetapi jika kista tumbuh besar atau tidak hilang dengan sendirinya bisa mengganggu ovulasi atau menyebabkan rasa sakit.
Kista yang besar atau mengganggu fungsi ovarium dapat memengaruhi kualitas telur yang terproduksi sehingga menghambat proses pembuahan. Pada beberapa kasus, kista juga menyebabkan ketidakteraturan siklus menstruasi yang dapat memengaruhi kesuburan.
6. Infeksi Menular Seksual (IMS)
Infeksi menular seksual, seperti klamidia dan gonore dapat memengaruhi kesuburan wanita jika tidak segera diobati. Penyakit ini menyebabkan peradangan pada organ reproduksi, termasuk rahim dan saluran tuba yang pada gilirannya menyebabkan penyumbatan atau kerusakan pada saluran tuba.
Kerusakan pada saluran tuba menghambat perjalanan telur dari ovarium ke rahim sehingga meningkatkan risiko kesulitan hamil atau bahkan keguguran. Oleh karena itu, pengobatan cepat dan tepat untuk IMS sangat penting untuk melindungi kesuburan.
7. Kanker Rahim
Kanker rahim, termasuk kanker serviks dan kanker endometrium (lapisan dalam rahim) dapat memengaruhi kemampuan reproduksi wanita. Kondisi ini seringkali terdiagnosis pada stadium lanjut, ketika gejala seperti pendarahan tidak normal sudah muncul.
Selain itu, pengobatan kanker, seperti operasi, radiasi, atau kemoterapi merusak organ reproduksi atau mengganggu fungsi ovarium yang berpotensi mengurangi kemampuan wanita untuk hamil. Wanita yang telah menjalani pengobatan kanker sebaiknya berkonsultasi dengan dokter spesialis kesuburan jika berencana untuk hamil.
8. Sindrom Ovarium Polikistik (PCOS)
PCOS adalah gangguan hormonal yang umum pada wanita usia subur dan dapat memengaruhi kesuburan. Kondisi ini menyebabkan ovarium menghasilkan lebih banyak hormon pria (androgen) yang dapat mengganggu ovulasi.
Wanita dengan PCOS sering mengalami siklus menstruasi tidak teratur atau bahkan tidak ovulasi sama sekali sehingga meningkatkan kesulitan dalam hamil. Selain masalah ovulasi, PCOS juga dapat menyebabkan pertumbuhan rambut berlebih, jerawat, dan penambahan berat badan.
Namun, dengan pengobatan yang tepat dan perubahan gaya hidup, banyak wanita dengan PCOS dapat mengelola kondisi ini dan berhasil hamil.
Baca Juga: Kapan Sih Masa Subur Pria? Ini Ciri-Ciri dan Cara Hitungnya
Penyakit Gangguan Kesuburan pada Pria
Kesuburan pria juga dapat terpengaruh oleh sejumlah kondisi medis yang mengganggu produksi sperma, fungsi hormon, atau aliran sperma. Beberapa penyakit ini dapat memengaruhi kuantitas dan kualitas sperma yang berakibat pada kesulitan untuk memiliki keturunan.
Berikut adalah beberapa penyakit yang dapat menyebabkan gangguan kesuburan pada pria:
1. Varikokel
Varikokel adalah pembesaran pembuluh darah di sekitar testis yang mirip dengan varises pada kaki. Kondisi ini terjadi ketika pembuluh darah vena di dalam skrotum (kantung testis) membesar menyebabkan darah terperangkap dan mengalir dengan buruk.
Pembesaran pembuluh darah ini menyebabkan peningkatan suhu pada testis yang dapat mengganggu proses produksi sperma secara optimal. Suhu yang lebih tinggi dapat memengaruhi kualitas sperma dengan menurunkan jumlah sperma yang dihasilkan dan motilitas (kemampuan sperma untuk bergerak).
2. Gangguan Tiroid
Gangguan tiroid baik hipotiroidisme (tiroid kurang aktif) atau hipertiroidisme (tiroid terlalu aktif) dapat memengaruhi kadar hormon dalam tubuh, termasuk hormon reproduksi yang berperan dalam proses produksi sperma. Hipotiroidisme dapat mengurangi kadar testosteron yang penting untuk produksi sperma dan menyebabkan penurunan jumlah sperma.
Sedangkan hipertiroidisme menyebabkan peningkatan kadar hormon tiroid yang mengganggu keseimbangan hormon tubuh sehingga memengaruhi kualitas sperma dan kemampuan ejakulasi.
3. Infeksi
Infeksi pada organ reproduksi pria, seperti epididimitis (peradangan pada saluran sperma yang menghubungkan testis dengan uretra) atau prostatitis (peradangan pada prostat) dapat menyebabkan penurunan kualitas sperma. Kondisi ini mengganggu aliran sperma menyebabkan pembengkakan dan rasa sakit pada testis atau saluran reproduksi, serta memengaruhi produksi sperma.
Dalam kasus yang lebih serius, infeksi dapat merusak jaringan testis atau saluran sperma sehingga mengurangi jumlah sperma yang dihasilkan atau menghambat pergerakan sperma yang dibutuhkan untuk pembuahan.
4. Kelainan Saluran Sperma
Kelainan saluran sperma bisa terjadi akibat penyumbatan atau obstruksi yang mencegah sperma mencapai uretra. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk cedera fisik pada alat kelamin, infeksi sebelumnya yang menyebabkan jaringan parut, atau kelainan genetik seperti cystic fibrosis.
Saluran sperma yang tersumbat bisa mengurangi jumlah sperma yang keluar selama ejakulasi atau bahkan menyebabkan ketidaksuburan meskipun pria memiliki jumlah sperma normal dalam tubuhnya.
5. Panhipopituitarisme
Panhipopituitarisme adalah kondisi langka di mana kelenjar pituitari yang terletak di otak dan bertanggung jawab untuk mengatur banyak hormon tubuh. Kelenjar pituitari memproduksi hormon yang sangat penting bagi fungsi reproduksi, seperti hormon luteinizing (LH) dan hormon perangsang folikel (FSH) yang merangsang testis untuk memproduksi testosteron dan sperma.
Kekurangan hormon-hormon ini dapat menyebabkan penurunan produksi sperma, disfungsi ereksi, dan bahkan ketidakmampuan untuk mencapai orgasme.
6. Hipogonadotropik Hipopituitarisme
Hipogonadotropik hipopituitarisme kondisi di mana kelenjar pituitari yang terletak di otak tidak menghasilkan cukup hormon untuk merangsang produksi hormon reproduksi, termasuk testosteron dan hormon folikel-stimulasi (FSH).
Kelenjar pituitari mengatur fungsi banyak kelenjar dalam tubuh, termasuk yang terkait dengan sistem reproduksi. Ketika kelenjar pituitari gagal memproduksi hormon yang diperlukan, pria dapat mengalami penurunan produksi sperma yang signifikan, disfungsi ereksi, penurunan libido, dan infertilitas.
7. Hiperprolaktinemia
Hiperprolaktinemia adalah kondisi medis di mana terdapat kadar prolaktin yang tinggi dalam darah. Prolaktin adalah hormon yang berperan dalam produksi ASI pada wanita, tetapi kadar prolaktin yang tinggi pada pria dapat mengganggu produksi testosteron merupakan hormon utama yang memengaruhi kesuburan pria.
Kadar prolaktin yang tinggi dapat menyebabkan penurunan jumlah sperma, disfungsi ereksi, penurunan libido, dan gangguan dalam proses ejakulasi. Selain itu, hiperprolaktinemia juga dapat menyebabkan gangguan hormonal lain yang mengarah pada ketidaksuburan.
8. Ejakulasi Retrograde
Ejakulasi retrograde kondisi di mana sperma yang biasanya dikeluarkan melalui uretra saat ejakulasi, malah mengalir kembali ke dalam kandung kemih. Hal ini karena sfingter uretra bagian dalam (otot yang mencegah sperma masuk ke kandung kemih) tidak berfungsi dengan baik, seringkali akibat cedera saraf, diabetes, atau efek samping dari penggunaan obat-obatan tertentu.
Meskipun pria yang mengalami ejakulasi retrograde masih dapat mengalami orgasme, masalah ini dapat menyebabkan ketidaksuburan karena sperma tidak dapat dikeluarkan secara normal.
9. Torsio Testis
Torsio testis adalah kondisi medis testis berputar pada dirinya sendiri sehingga mengganggu aliran darah ke testis. Ketika torsio testis terjadi, aliran darah yang menuju testis terganggu yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan testis dan menurunkan fungsi reproduksi jika tidak segera diobati.
Torsio testis sering menyebabkan rasa sakit hebat pada testis dan memerlukan penanganan darurat medis dalam waktu 6 hingga 12 jam setelah gejala muncul. Jika tidak ditangani dengan cepat, torsio testis dapat menyebabkan kerusakan permanen pada testis yang terkena, mengurangi jumlah sperma yang dihasilkan, dan memengaruhi kesuburan pria.
Cara Mengatasi Gangguan Kesuburan
Gangguan kesuburan dapat memengaruhi baik pria maupun wanita. Untungnya, ada berbagai cara untuk mengatasi masalah ini, tergantung pada penyebab dan kondisi yang mendasarinya.
Berikut adalah beberapa cara yang dapat membantu mengatasi gangguan kesuburan:
- Perubahan Gaya Hidup Sehat: Tingkatkan kesehatan dengan berhenti merokok, menjaga berat badan ideal, makan makanan sehat, dan mengurangi stres.
- Pengobatan Medis: Gunakan obat-obatan untuk merangsang ovulasi pada wanita atau meningkatkan produksi sperma pada pria.
- Terapi Hormonal: Menggunakan terapi hormon untuk mengatasi masalah hormonal seperti gangguan tiroid atau prolaktin tinggi.
- Pembedahan: Lakukan pembedahan untuk kondisi seperti varikokel atau saluran telur yang tersumbat.
- Inseminasi Buatan (IUI): Sperma dimasukkan langsung ke dalam rahim wanita untuk meningkatkan peluang pembuahan.
- Program Bayi Tabung (IVF): Mengambil telur dan sperma, kemudian membuahi di luar tubuh dan menanamkan embrio ke rahim.
- Teknik Bedah Reproduksi (MIS): Menggunakan prosedur minimal invasif untuk mengatasi masalah reproduksi seperti kista atau varikokel.
- Teknologi Sel Punca (Stem Cell Therapy): Penggunaan sel punca untuk memperbaiki kerusakan pada organ reproduksi atau meningkatkan kualitas sel telur dan sperma.
- Mengelola Stres: Mengurangi stres dengan relaksasi seperti yoga atau meditasi untuk membantu meningkatkan kesuburan.
Baca Juga: Tes Kesuburan Pria yang Harus Diketahui untuk Program Hamil
Periksa Kesuburan di Ciputra IVF
Ciputra IVF menyediakan layanan pemeriksaan kesuburan yang lengkap untuk membantu pasangan memahami kondisi kesuburan mereka. Layanan ini meliputi tes untuk pria dan wanita, seperti analisis sperma, tes ovulasi, dan pemeriksaan hormon. Tim medis yang berpengalaman akan memberikan diagnosa dan rekomendasi pengobatan yang tepat untuk meningkatkan peluang kehamilan.
Untuk informasi lebih lanjut, Anda bisa mengunjungi halaman Pemeriksaan Kesuburan Ciputra IVF.
Telah direview oleh Dr. dr. Sudirmanto, Sp.OG, SubSp-FER
Source:
- The Society of Reproductive Surgeons. FAQ Quick Facts About Infertility. Juli 2025.
- University Rochester Medical Center. Infertility Risk Factors for Women and Men. Juli 2025.