Mengenal Infertilitas Sekunder, Penyebab hingga Pengobatan

Infertilitas Sekunder

Mengenal Infertilitas Sekunder, Penyebab hingga Pengobatan

Infertilitas sekunder adalah kondisi ketika pasangan yang sebelumnya telah memiliki anak dan mengalami kesulitan untuk hamil lagi. Hal ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, baik pada wanita maupun pria yang memengaruhi kesuburan mereka setelah kelahiran anak pertama.

Setelah memiliki anak pertama, banyak pasangan yang mengharapkan dapat segera memiliki anak kedua. Namun, tak jarang beberapa pasangan mengalami kesulitan hamil kembali yang dikenal dengan istilah infertilitas sekunder.

Meskipun sudah pernah hamil sebelumnya, kondisi ini bisa disebabkan oleh banyak faktor yang memengaruhi kesuburan, baik pada wanita maupun pria. Penting untuk memahami penyebabnya agar bisa mencari solusi yang tepat dan meningkatkan peluang kehamilan selanjutnya.

Apa Itu Infertilitas Sekunder?

Infertilitas sekunder adalah kondisi di mana pasangan yang sebelumnya sudah memiliki anak, tetapi mengalami kesulitan untuk hamil kembali setelah kelahiran anak pertama. Meskipun mereka sudah pernah mengalami kehamilan sebelumnya, ada berbagai faktor yang dapat menyebabkan pasangan tersebut kesulitan untuk memiliki anak kedua atau seterusnya.

Berbeda dengan infertilitas primer, ini adalah kondisi di mana pasangan belum pernah hamil atau memiliki anak, meskipun mereka sudah mencoba untuk hamil dalam waktu yang cukup lama. Jadi, perbedaan utama antara infertilitas primer dan sekunder terletak pada riwayat kehamilan sebelumnya.

Infertilitas primer terjadi pada pasangan yang tidak pernah hamil, sementara infertilitas sekunder terjadi pada pasangan yang sudah memiliki anak, tetapi mengalami kesulitan untuk hamil kembali.

Baca Juga: Program Cepat Hamil, Pasutri Sudah Coba?

Penyebab Infertilitas Sekunder

Ada beberapa faktor penyebab infertilitas sekunder yang memengaruhi kesuburan, baik pada wanita maupun pria. Berikut ini penyebab gangguan kesuburan sekunder:

1. Masalah Kualitas Sperma atau Sel Telur

Kualitas sperma pada pria atau sel telur pada wanita bisa menurun seiring waktu. Pada pria, faktor seperti jumlah sperma yang rendah, gerakan sperma yang tidak normal, atau masalah dengan kualitas DNA sperma bisa menjadi penyebabnya. Sementara pada wanita, kualitas sel telur bisa menurun seiring bertambahnya usia, yang mengurangi peluang untuk hamil.

2. Usia yang Lebih Tua

Seiring bertambahnya usia, baik pada pria maupun wanita, kesuburan bisa menurun. Pada wanita, kualitas dan jumlah sel telur yang dihasilkan ovarium berkurang setelah usia 30-an dan kesulitan untuk hamil semakin meningkat setelah usia 35.

Pada pria, meski kualitas sperma cenderung menurun lebih lambat, faktor usia tetap dapat mempengaruhi kualitas sperma.

3. Komplikasi dari Kehamilan atau Persalinan Sebelumnya

Kehamilan atau persalinan sebelumnya yang mengalami komplikasi bisa memengaruhi kesuburan di kehamilan berikutnya. Misalnya, infeksi atau cedera pada rahim, tuba falopi, atau indung telur selama persalinan atau pasca-melahirkan bisa menyebabkan masalah pada kehamilan selanjutnya.

4. Efek dari Operasi Sebelumnya

Operasi, terutama yang melibatkan organ reproduksi seperti operasi pada rahim, tuba falopi, atau indung telur dapat memengaruhi kesuburan. Bekas luka atau jaringan parut yang terbentuk setelah operasi bisa menghalangi jalur sperma menuju sel telur atau memengaruhi kondisi organ reproduksi yang penting untuk kehamilan.

5. Kenaikan Berat Badan atau BMI yang Tinggi

Berat badan yang berlebih atau indeks massa tubuh (BMI) yang tinggi dapat mengganggu keseimbangan hormon dalam tubuh. Hal ini bisa memengaruhi siklus menstruasi pada wanita, mengurangi peluang ovulasi, dan mengganggu kemampuan untuk hamil.

Pada pria, kelebihan berat badan dapat memengaruhi kualitas sperma.

Baca Juga: Penyebab Infertilitas pada Wanita yang Jarang Disadari

6. Penggunaan Obat-obatan atau Kondisi Medis Lain

Beberapa jenis obat-obatan, seperti obat pengatur hormon atau obat yang digunakan untuk mengobati kondisi medis tertentu, bisa memengaruhi kesuburan. Penyakit atau gangguan medis tertentu seperti endometriosis, sindrom ovarium polikistik (PCOS), atau masalah tiroid juga dapat mempengaruhi kemampuan untuk hamil.

7. Infeksi Menular Seksual (IMS)

Infeksi menular seksual yang tidak ditangani dengan baik bisa menyebabkan kerusakan pada organ reproduksi. Penyakit, seperti klamidia atau gonore dapat menyebabkan peradangan pada saluran tuba falopi atau rahim, yang dapat menghambat proses pembuahan dan kehamilan.

8. Faktor Gaya Hidup yang Tidak Sehat

Kebiasaan merokok, mengonsumsi alkohol, atau pola makan yang tidak sehat bisa menurunkan kualitas sperma dan sel telur. Merokok dapat merusak DNA sperma, sementara konsumsi alkohol berlebihan dapat mengganggu keseimbangan hormon yang penting untuk kesuburan.

Gaya hidup yang sehat, termasuk pola makan seimbang dan olahraga teratur sangat penting untuk menjaga kesuburan.

Gejala Infertilitas Sekunder

Infertilitas sekunder berarti kesulitan untuk hamil setelah sebelumnya sudah memiliki anak. Jika usia Anda masih di bawah 35 tahun dan sudah mencoba untuk hamil selama lebih dari 12 bulan tanpa hasil, dokter mungkin akan mengatakan Anda mengalami infertilitas sekunder.

“Mencoba untuk hamil” di sini artinya melakukan hubungan seksual secara teratur tanpa menggunakan alat kontrasepsi. Namun, jika usia Anda lebih dari 35 tahun, dokter bisa mendiagnosis infertilitas sekunder meskipun Anda baru mencoba selama 6 bulan.

Cara Mengatasi Infertilitas Sekunder

Pengobatan untuk infertilitas sekunder mirip dengan pengobatan untuk infertilitas primer, dan meliputi:

  • Obat-obatan: Seperti clomiphene (Clomid®) dan letrozole, yang membantu merangsang ovulasi bagi orang yang tidak rutin berovulasi.
  • Inseminasi Intrauterin (IUI): Prosedur ini melibatkan penempatan sperma langsung ke dalam rahim untuk meningkatkan peluang terjadinya pembuahan. Jika diperlukan, IUI juga bisa menggunakan donor sperma.
  • Fertilisasi In Vitro (IVF): Proses yang lebih rumit, di mana telur diambil dari indung telur dan dicampur dengan sperma di laboratorium untuk dibuahi.
  • Operasi: Untuk mengatasi masalah pada rahim, seperti mengangkat jaringan parut, polip, atau mioma.
  • Operasi untuk memperbaiki varikokel pada testis: Ini adalah penyebab infertilitas pria yang paling sering bisa diperbaiki dengan tindakan bedah.

Perbedaan Infertilitas Primer dan Sekunder

Terdapat dua jenis infertilitas, yaitu primer dan sekunder. Keduanya berkaitan dengan kesulitan untuk hamil, namun memiliki perbedaan mendasar dalam penyebab dan kondisi yang terjadi. Berikut ini adalah perbedaan infertilitas primer dan sekunder:

Infertilitas Primer

  • Merujuk pada kondisi di mana seseorang atau pasangan belum pernah hamil sebelumnya meskipun telah mencoba untuk hamil dalam jangka waktu yang cukup lama (biasanya lebih dari satu tahun).
  • Tidak ada riwayat kehamilan sebelumnya.
  • Penyebabnya bisa beragam, mulai dari masalah ovulasi, gangguan pada saluran reproduksi, hingga masalah sperma pada pria.

Infertilitas Sekunder

  • Terjadi ketika seseorang atau pasangan telah memiliki satu atau lebih anak sebelumnya, namun kesulitan untuk hamil lagi meskipun telah mencoba untuk hamil dalam waktu yang sama seperti pada infertilitas primer.
  • Ada riwayat kehamilan sebelumnya, tetapi sekarang mengalami kesulitan untuk hamil lagi.
  • Penyebabnya bisa beragam, termasuk faktor usia, masalah kesehatan baru, atau kondisi medis yang berkembang setelah kelahiran anak pertama.

Baca Juga: Apa Saja Penyebab Lama Hamil Setelah Menikah?

Jika Anda mengalami kesulitan dalam memiliki anak, baik itu infertilitas primer dan sekunder, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional. Ciputra IVF menyediakan layanan dan solusi terbaik untuk membantu Anda mewujudkan impian memiliki buah hati.

Dengan dukungan tim medis yang berpengalaman dan teknologi terkini, kami siap mendampingi setiap langkah perjalanan Anda. Segera konsultasikan kondisi Anda bersama Ciputra IVF untuk mendapatkan informasi lebih lanjut dan langkah pengobatan yang tepat.

Telah direview oleh dr Adrian Setiawan, SpOG

Source:

Tim Konten Medis
Terakhir diperbarui pada 30 September, 2025
Dipublikasikan 24 September, 2025