Blastosis (Blastokista) pada Bayi Tabung, Seperti Apa?

Blastosis Embrio

Blastosis (Blastokista) pada Bayi Tabung, Seperti Apa?

Blastosis embrio adalah tahap perkembangan di mana embrio mencapai bentuk yang lebih matang dan siap untuk ditanamkan. Proses ini sangat penting dalam memastikan keberhasilan implantasi dan kelangsungan kehamilan.

Mencapai kehamilan yang sehat sering kali menjadi perjalanan yang penuh tantangan, terutama bagi pasangan yang menjalani program bayi tabung. Salah satu tahap penting dalam proses ini adalah perkembangan embrio menjadi blastosis.

Blastosis adalah tahap penting di mana embrio berkembang dan siap untuk ditanamkan ke dalam rahim. Ciri-ciri blastosis ini sangat menentukan dalam keberhasilan program kehamilan. Hal ini karena hanya embrio yang mencapai tahap blastosis yang memiliki peluang lebih besar untuk berkembang menjadi janin sehat.

Apa Itu Blastosis atau Blastokista?

Blastosis (embrio blastocyst) adalah tahap perkembangan embrio yang terjadi pada hari ke-5 atau ke-6 setelah pembuahan. Hal ini di mana embrio terdiri dari sekitar 200 sel dengan struktur yang lebih kompleks.

Pada tahap ini, embrio mulai mempersiapkan diri untuk ditanamkan ke dalam rahim. Ada dua komponen utama dalam blastosis yang sangat memengaruhi kualitas embrio dan kemampuannya untuk menempel dengan sukses di rahim.

Pertama adalah massa sel internal (ICM), yaitu sekelompok sel yang berada di dalam rongga blastosis yang nantinya akan berkembang menjadi janin. Kedua, ada trophoectoderm (TE), lapisan sel yang menutupi rongga blastosis dan akan berkembang menjadi jaringan luar embrio, seperti plasenta dan membran amnion.

Saat melakukan Tes Genetik Pra-Implantasi (PGT-A), beberapa sel dari TE biasanya dokter ambil untuk dianalisis menggunakan teknologi Next Generation Sequencing (NGS) untuk memilih embrio yang bebas dari gangguan kromosom. Kualitas blastosis dapat dinilai berdasarkan ukuran dan perkembangan rongga blastosis, serta kondisi morfologi ICM dan TE.

Baca Juga: Kelebihan dan Kekurangan Bayi Tabung Ini Perlu Dipahami

Manfaat atau Kelebihan Blastokista Embrio

Tahap transfer blastokista memiliki peran yang sangat penting dalam proses perkembangan embrio dan janin. Jika blastokista tidak berhasil menempel pada lapisan rahim, kehamilan tidak dapat berlangsung.

Untuk bisa melekat dengan baik, blastokista harus melalui proses yang disebut “hatching,” di mana blastokista melepaskan lapisan luar yang transparan. Proses ini biasanya terjadi satu hingga tiga hari setelah blastokista memasuki rahim.

Setelah itu, sel-sel yang ada di lapisan luar blastokista akan menempel pada lapisan luar endometrium dan melepaskan protein bernama L-selectin. Protein ini memiliki kemampuan untuk mengikat dengan substansi yang ada pada endometrium sehingga memungkinkan terjadinya implantasi.

Sel-sel luar blastokista yang menempel ini kemudian berkembang menjadi janin. Sementara itu, sel-sel yang berada di lapisan dalam blastokista akan menembus lebih dalam ke dalam endometrium dan berkembang menjadi plasenta.

Plasenta ini memiliki peran vital dalam menyuplai oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan janin untuk tumbuh dan berkembang. Selain itu, beberapa sel dari plasenta juga membentuk kantung amnion yang berfungsi sebagai pelindung bagi janin.

Kantung amnion berisi cairan yang membantu melindungi janin dari benturan dan menjaga suhu tubuhnya selama masa perkembangan dalam rahim. Dengan demikian, keunggulan embrio blastocyst adalah kunci dalam memastikan keberhasilan kehamilan dan perkembangan janin yang sehat.

Siapa Saja yang Dianjurkan untuk Kultur Blastokista Embrio?

Kultur blastokista embrio biasanya untuk pasangan yang memiliki kondisi tertentu atau yang menginginkan peluang kehamilan lebih baik. Berikut adalah beberapa kondisi di mana kultur blastokista dapat Anda pertimbangkan:

  • Pernah Menjalani Siklus IVF yang Gagal Sebelumnya: Bagi pasangan yang telah menjalani program bayi tabung (IVF) tetapi mengalami kegagalan, kultur blastokista dapat meningkatkan peluang keberhasilan pada siklus berikutnya. Tahap ini memungkinkan dokter untuk memilih embrio yang lebih matang dan memiliki potensi keberhasilan yang lebih tinggi.
  • Hamil saat Usia 35 Tahun atau Lebih: Wanita yang berusia 35 tahun atau lebih sering kali mengalami penurunan kualitas telur dan embrio. Kultur blastokista memberi kesempatan untuk memilih embrio yang lebih sehat sehingga meningkatkan peluang kehamilan yang sukses.
  • Memiliki Jumlah Embrio yang Lebih Banyak: Ketika pasangan memiliki banyak embrio yang berkembang, kultur blastokista dapat membantu dalam memilih embrio yang terbaik untuk ditanamkan. Ini memungkinkan proses seleksi yang lebih teliti untuk meningkatkan kemungkinan keberhasilan kehamilan.
  • Menginginkan Peluang Kehamilan Kembar yang Lebih Kecil: Kultur blastokista memungkinkan implantasi satu embrio yang sehat, yang dapat mengurangi risiko kehamilan kembar. Ini adalah pilihan bagi pasangan yang ingin menghindari kehamilan ganda, namun tetap mengoptimalkan peluang keberhasilan kehamilan tunggal.

Hal yang Dilakukan Sebelum Blastosis Embrio

Sebelum melaksanakan transfer blastosis embrio, dokter akan memberikan penjelasan lengkap mengenai prosedur yang akan dijalani serta potensi risiko yang mungkin terjadi selama proses tersebut. Setelah pasien mengerti dan menyetujui untuk melanjutkan, dokter akan menggali riwayat kesehatan dan kesuburan pasien serta pasangannya.

Kemudian, serangkaian pemeriksaan medis akan dilakukan, antara lain:

  • Tes Hormon: Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai kadar hormon yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas sel telur, seperti hormon perangsang folikel (FSH), estrogen, dan hormon anti-Müllerian (AMH).
  • Pemeriksaan Kondisi Rahim: Untuk memastikan kesehatan rahim, dokter akan melakukan prosedur yang melibatkan penyuntikan cairan khusus atau memasukkan alat endoskopi melalui vagina untuk memeriksa kondisi rongga rahim.
  • Pemeriksaan Kualitas Sperma: Pemeriksaan ini untuk mengevaluasi jumlah dan kualitas sperma yang akan digunakan dalam proses pembuahan.
  • Tes Infeksi Menular Seksual: Untuk memastikan bahwa tidak ada infeksi menular seksual yang mungkin mempengaruhi proses IVF, seperti HIV.

Selain pemeriksaan tersebut, dokter juga dapat melakukan transfer embrio tiruan. Prosedur ini bertujuan untuk menentukan kedalaman rongga rahim serta memutuskan teknik yang tepat untuk menanamkan embrio ke dalam rahim.

Setelah memastikan kesehatan pasien dan kondisi sel telur, dokter akan melanjutkan ke tahapan berikutnya dalam prosedur bayi tabung.

Baca Juga: Berapa Kali IVF Bisa Dilakukan? Ini Penjelasannya

Tahapan Blastosis Embrio dalam Program Bayi Tabung

Kultur blastokista dalam prosedur IVF memiliki perbedaan utama dengan prosedur bayi tabung konvensional, yaitu pada waktu pemindahan embrio ke dalam rahim. Pada IVF konvensional, pemindahan embrio dokter lakukan pada hari ke-2 atau ke-3 setelah pembuahan.

Sedangkan pada kultur blastokista, embrio akan dokter pelihara lebih lama di laboratorium hingga mencapai tahap blastokista yang biasanya memerlukan waktu sekitar 5–6 hari.

Berikut adalah tahapan implantasi blastosis embrio dalam program bayi tabung yang perlu Anda ketahui:

  • Pengambilan Sel Telur: Sel telur yang matang akan terambil dari ovarium untuk dibuahi dengan sperma di laboratorium.
  • Kultur Embrio: Alih-alih langsung dipindahkan ke rahim pada hari ke-3, embrio yang telah dibuahi akan dikultur dalam lingkungan khusus selama 5 hingga 6 hari untuk memungkinkan embrio berkembang hingga tahap blastokista.
  • Evaluasi Embrio: Pada hari ke-5 atau ke-6, embrio yang telah mencapai tahap blastokista akan ada evaluasi oleh dokter spesialis fertilisasi. Penilaian ini penting untuk menentukan kualitas embrio yang siap transfer.
  • Pemeriksaan Genetik (PGS): Dokter dapat melakukan pemeriksaan genetik (Preimplantation Genetic Screening/PGS) untuk mendeteksi kelainan kromosom pada embrio, sehingga dapat mengurangi risiko keguguran atau cacat lahir.
  • Pemilihan dan Transfer Embrio: Blastokista yang sehat akan terpilih untuk ditransfer ke dalam rahim. Jika ada lebih dari satu blastokista yang sehat, sebagian embrio bisa disimpan dengan cara dibekukan untuk digunakan di masa mendatang.

Dengan tahapan perkembangan embrio pada bayi tabung ini, proses IVF dapat meningkatkan peluang keberhasilan kehamilan dan mengurangi risiko gangguan genetik pada janin.

Setelah Kultur Blastokista Embrio

Setelah tahap kultur blastokista, ada beberapa langkah untuk memastikan keberhasilan prosedur IVF dan meningkatkan peluang kehamilan. Berikut adalah tahapan yang biasanya terjadi setelah kultur blastokista:

  • Istirahat sejenak setelah prosedur transfer embrio.
  • Menghindari aktivitas berat atau olahraga intens selama beberapa hari.
  • Menghindari stres emosional dan fisik.
  • Mengonsumsi obat sesuai dengan anjuran dokter.
  • Menjaga pola makan sehat dan bergizi.
  • Menghindari penggunaan obat-obatan yang tidak teresepkan oleh dokter.
  • Menghindari hubungan seksual untuk sementara waktu.
  • Melakukan pemeriksaan darah untuk mengetahui kadar hormon.
  • Menunggu sekitar 10-14 hari untuk tes kehamilan.
  • Mengikuti jadwal kontrol ke dokter untuk pemantauan perkembangan kehamilan.

Sekitar 12 – 24 hari setelah prosedur transfer embrio, pasien melakukan tes darah untuk mengetahui apakah kehamilan terjadi atau tidak. Jika hasil tes menunjukkan kehamilan positif, dokter akan memberikan rekomendasi untuk perawatan lanjutan selama kehamilan.

Namun, jika embrio gagal menempel di dinding rahim dan tidak berkembang, pasien biasanya akan mengalami menstruasi dalam waktu seminggu setelah transfer blastokista. Dalam kasus ini, dokter biasanya akan menyarankan pasien untuk berhenti mengonsumsi hormon progesteron dan mungkin merekomendasikan untuk mencoba prosedur IVF kembali pada siklus berikutnya.

Risiko Komplikasi

Berikut risiko komplikasi kultur blastokista embrio:

  • Kegagalan implantasi embrio.
  • Kehamilan ektopik (kehamilan di luar rahim).
  • Risiko keguguran.
  • Sindrom Ovarium Hiperstimulasi (OHSS).
  • Kehamilan kembar yang tidak diinginkan.
  • Infeksi setelah prosedur transfer embrio.
  • Masalah genetik pada embrio yang terpilih.

Baca Juga: 10 Persiapan Sebelum Bayi Tabung yang Perlu Dipenuhi

Jika Anda mempertimbangkan prosedur kultur blastokista atau memiliki pertanyaan lebih lanjut, penting untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis IVF. Dokter akan memberikan penjelasan mendalam tentang risiko, manfaat, dan langkah-langkah yang tepat untuk situasi Anda sehingga dapat membuat keputusan yang paling tepat untuk kesehatan dan kehamilan Anda.

Telah direview oleh Dr. Adrian Setiawan, Sp. OG

Source: