Bahaya Daun Saga untuk Ibu Hamil dan Kenali Efek Sampingnya!

Daun Saga untuk Ibu Hamil

Bahaya Daun Saga untuk Ibu Hamil dan Kenali Efek Sampingnya!

Daun saga yang memiliki banyak sebutan, seperti Abrus Precatorius, Rosary Pea, Gunja, dan Jequirity adalah tanaman berbunga herbal. Daun saga banyak ditemukan di India dan Asia Tropis lainnya. Tanaman saga telah digunakan sebagai obat-obatan di India sejak zaman yang dahulu. Tanaman saga dikenal mengandung zat beracun. Namun, memiliki banyak manfaat jika diolah dengan baik dan benar. Apa saja khasiat daun saga atau tanaman saga? Apakah mengonsumsi daun saga untuk ibu hamil itu aman? Simak penjelasannya berikut ini!

Baca Juga: Apa Saja Penyebab Lama Hamil Setelah Menikah?

Khasiat Daun Saga Secara Umum

Daun saga atau tanaman saga secara umum dikenal beracun. Namun, tanpa disadari tanaman saga ini sering digunakan untuk pengobatan medis. Apa saja manfaat penggunaan daun saga atau tanaman saga untuk kesehatan? Inilah manfaat atau khasiat tanaman saga, antara lain:

  • Menyembuhkan penyakit gonore, penyakit kuning, dan empedu hemoglobinuria dengan menggunakan akar tanaman saga.
  • Membantu pertumbuhan rambut dengan menggunakan minyak yang berasal dari biji tanaman saga.
  • Berguna sebagai ramuan afrodisiak, obat penenang, obat pencahar.
  • Teh yang terbuat dari tanaman saga dipercaya dapat membantu meredakan demam, batuk, dan pilek.
  • Detoksifikasi dengan tanaman saga biasanya digunakan untuk mengobati kelumpuhan, disfungsi ereksi, dan impotensi.
  • Bubuk biji atau akar tanaman saga yang dibuat menjadi pasta dapat membantu mengurangi munculnya bercak putih pada kulit.
  • Biji tanaman saga juga dapat mengobati linu panggul, kekakuan sendiri, bahu, hingga kelumpuhan saraf.
  • Bubuk biji dan akar tanaman saga mampu menyembuhkan luka yang disebabkan oleh hewan, seperti anjing, kucing, dan tikus.

Manfaat daun saga atau tanaman saga sangatlah banyak. Maka dari itu, tidak heran jika tanaman ini digunakan dalam berbagai jenis pengobatan medis dan diketahui juga bisa menangani penyakit kanker. Biji tanaman saga juga digunakan sebagai bentuk perhiasan.

Baca Juga: Kenali Manfaat Alpukat untuk Wanita Hamil dan Kesuburan

Bolehkah Saat Hamil Minum Daun Saga?

Daun saga atau tanaman saga terkenal dengan racunnya. Maka dari itu, tidak sembarang orang dapat menggunakan atau mengonsumsi tanaman saga, salah satunya ibu hamil dan anak-anak. Ibu hamil dan menyusui sangat tidak dianjurkan untuk mengonsumsi tanaman saga atau bahkan hanya daunnya. Diketahui daun saga atau tanaman saga mengandung bahan kimia yang disebut abrin.

Abrin ini sangat beracun dan dapat menyebabkan kelahiran prematur. Selain itu, daun saga atau tanaman saga juga tidak baik untuk anak-anak. Anak-anak sangat sensitif terhadap efek racun dan jika tertelan dapat menyebabkan kematian. Daun saga atau tanaman saga akan memperlambat pembekuan darah atau menurunkan gula darah. Maka dari itu, hentikan konsumsi daun saga minimal 2 minggu sebelum melakukan operasi.

Cara Mengolah Daun Saga

Cara mengolah daun saga atau tanaman saga tidak banyak dijelaskan dalam penelitian terdahulu. Hal ini dikarenakan penggunaan daun saga atau tanaman saga mayoritas dipakai oleh farmasi, apoteker, dan bidang kedokteran lainnya. Mereka mungkin memiliki cara pengolahan tersendiri agar bisa dijadikan obat. Umumnya, tanaman saga diminum langsung dengan diseduh, ditelan seperti pil, atau bahkan dijadikan bubuk. Penggunaan daun saga atau tanaman saga juga berbeda-beda sesuai dengan dosis yang dianjurkan oleh dokter.

Daun Saga untuk Ibu Hamil

Teh yang terbuat dari tanaman saga dipercaya dapat membantu meredakan pilek.

Apa Efek Samping Daun Saga untuk Ibu Hamil?

Daun saga atau tanaman saga memiliki efek samping yang cukup kuat bagi penggunanya, terutama pada ibu hamil, anak-anak, atau bahkan orang pada umumnya. Gejala biasanya akan muncul beberapa jam hingga 5 hari setelah mengonsumsi tanaman saga. Gejala khas yang muncul adalah mual, muntah, sakit perut, dan diare berdarah. Penderita akan mengalami sakit kepala, halusinasi, lesu, kejang, demam, detak jantung yang cepat, hingga kegagalan organ. Gejala juga dapat dipisahkan dari bagaimana penderita mengonsumsi tanaman saga, meliputi:

1. Menghirup

Seseorang yang menghirup tanaman saga dalam jumlah signifikan akan menimbulkan beberapa gejala keracunan. Gejala yang muncul ditandai dengan kesulitan bernapas, demam, batuk, mual, sesak di dada, berkeringat, hingga menumpuknya cairan di paru-paru. Hal ini dapat mengakibatkan kulit membiru. Segera pergi ke dokter untuk mendapatkan pemeriksaan menggunakan rontgen.

Baca Juga: Jeruk Nipis untuk Ibu Hamil: Manfaat dan Efek Samping!

2. Menelan

Seseorang yang menelan tanaman saga dalam jumlah signifikan akan mengalami muntah dan diare berdarah. Hal ini dapat menyebabkan penderita dehidrasi diikuti oleh tekanan darah rendah. Gejala lainnya adalah halusinasi, kejang, darah dalam urin. Jika dibiarkan saja, organ-organ penderita akan mulai berhenti dan dapat menyebabkan kematian.

3. Terpapar langsung

Tanaman saga dalam bentuk bubuk atau kabut dapat menyebabkan kemerahan dan nyeri pada kulit serta mata. Kematian akibat keracunan tanaman saga dapat terjadi dalam waktu 36 hingga 72 jam setelah paparan terjadi.

Daun saga atau tanaman saga merupakan tanaman yang banyak ditemukan di daerah India dan Asia. Tanaman ini memiliki banyak manfaat untuk pengobatan medis. Namun, tidak dapat dikonsumsi sembarangan oleh orang awam terutama untuk ibu hamil. Daun saga atau tanaman saga mengandung bahan kimia bernama abrin yang beracun dan berbahaya. Abrin ini dapat menyebabkan pendarahan hebat, kelahiran prematur, hingga kematian.

Daun atau tanaman saga dapat dikonsumsi dengan diseduh, ditelan langsung, maupun dihirup. Tanaman saga tidak boleh dikonsumsi dalam jumlah banyak karena dapat menimbulkan efek samping. Efek samping yang ditimbulkan adalah sakit kepala, halusinasi, muntah, hingga diare berdarah. Jika seseorang tidak sengaja atau bahkan sengaja mengonsumsi dalam jumlah banyak hingga menimbulkan gejala di atas. Segeralah membawanya ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Telah direview oleh dr. Juan Alexander

Source:

Tim Konten Medis
Terakhir diperbarui pada 22 November, 2023
Dipublisikan 5 April, 2023