Jenis Fertilisasi Alami dan Buatan dalam Proses Pembuahan

fertilisasi alami dan buatan

Jenis Fertilisasi Alami dan Buatan dalam Proses Pembuahan

Apa itu fertilisasi? Fertilisasi adalah proses pembuahan dan terbagi menjadi dua, yaitu secara alami dan buatan (in vitro). Proses pembuahan pada manusia disebut dengan fertilisasi internal.

Sebab, proses pembuahannya terjadi di dalam tubuh wanita secara langsung. Pelajari lebih lanjut definisi hingga proses pembuahan berikut.

Pengertian Fertilisasi (Pembuahan)

Fertilisasi adalah proses penyatuan dua sel gamet yang terdiri dari sel sperma laki-laki dan sel ovum wanita. Proses pembuahan ini juga sebagai proses pembuahan untuk menghasilkan keturunan.

Hasil dari proses pembuahan ini akan membentuk sel tunggal atau zigot. Pada manusia, proses ini disebut dengan fertilisasi internal. Penyebutan ini karena proses pembuahannya terjadi di dalam tubuh wanita, yaitu di tuba falopi. Proses pembuahan terjadi ketika pria berejakulasi di dalam vagina wanita.

Setelah hal itu terjadi, spermatozoa akan memulai perjalanannya di dalam saluran reproduksi wanita hingga mencapai saluran tuba, tempat sel telur berada. Begitu sperma mencapai tuba falopi setelah berhubungan intim, ovulasi dapat terjadi jika sel telur wanita berada pada masa subur.

Proses pembuahan ini memiliki beberapa fungsi bagi manusia. Fungsi fertilisasi tersebut antara lain:

  • Mengaktivasi sel telur dari wanita yang telah terbuahi agar dapat memulai proses pembuahan
  • Menurunkan materi genetik dari laki-laki ke wanita pada janin
  • Memulihkan kembali jumlah kromosom dari haploid menjadi diploid
  • Menentukan jenis kelamin janin saat proses pembuahan terjadi

Baca Juga: Pembuahan pada Sistem Reproduksi

Proses Fertilisasi Secara Alami

Syarat penting terjadinya fertilisasi adalah hubungan kontak antara sperma dan sel telur. Jika syarat fertilisasi sudah terpenuhi, proses pembuahan bisa mulai.

Dalam proses fertilisasi ini, ada beberapa tahapan, seperti:

1. Penetrasi Korona Radiata

Tahap pertama pembuahan manusia adalah penetrasi spermatozoa ke dalam korona radiata sel telur. Korona radiata merupakan lapisan terdiri dari sel-sel granulosa yang mengelilingi sel telur.

Sel sperma mampu melewati penghalang pertama ini karena adanya pelepasan enzim hyaluronidase dan gerakan flagelnya. Setelah berhasil melewati korona radiata, maka spermatozoa akan menghadapi penghalang kedua yaitu zona pelusida.

2. Penetrasi Zona Pelusida

Zona pelusida merupakan lapisan eksternal yang mengelilingi oosit. Untuk dapat menembus zona pelusida, butuh lebih dari satu sel sperma.

Meskipun demikian, pada akhirnya hanya akan ada satu sel sperma yang berhasil masuk dan membuahi sel telur. Supaya dapat melewati zona pelusida, kepala sperma melakukan kontak dengan ZP3 dari zona pelusida.

Hal tersebut akan memicu reaksi akrosom dan melibatkan pelepasan serangkaian enzim hidrolitik. Enzim ini melarutkan zona pelusida dan membuka jalan bagi sel sperma agar bisa melewatinya.

Reaksi akrosom menyebabkan serangkaian modifikasi sel sperma yang memungkinkan terjadinya kapasitasi alami. Kapasitasi sperma yang terjadi akan memungkinkan sel sperma masuk ke dalam sel telur dan menyebabkan membran kedua sel tersebut menyatu.

3. Fusi Membran

Ketika sel telur berhasil mencapai membran plasma oosit, maka akan terjadi tiga proses yang berbeda dalam gamet wanita, yaitu pembentukan kerucut pembuahan, depolarisasi instan dari membran telur, dan pelepasan butiran kortikal dari telur. Pembentukan kerucut pembuahan akan menyebabkan terjadinya fusi antara membran sel telur dan sperma.

Selain itu, pada tahap ini juga akan terjadi pengikatan antara kepala sperma ke dalam sel telur. Bersamaan dengan itu, adanya depolarisasi dan pelepasan butiran kortikal juga mencegah masuknya sperma lain ke sel telur.

4. Fusi Inti dan Pembentukan Zigot

Setelah mengikat sperma, oosit akan mengaktifkan dirinya sendiri untuk menyelesaikan meiosis kedua, yaitu proses jumlah kromosom berkurang. Selanjutnya, badan kutub kedua terlepaskan dan kromosom menyebar sendiri membentuk struktur yang disebut dengan pronukleus wanita.

Sperma juga akan melanjutkan proses pembuahan hingga kepala sperma yang berisi nukleus mencapai nukleus wanita. Pada beberapa titik, sperma akan mulai kehilangan ekornya dan nukleus membesar menjadi pronukleus jantan.

Ketika pronukleus bertemu, maka fusi akan terjadi. Akhir dari proses fertilisasi adalah pembentukan zigot, yaitu sel pertama dari organisme yang tercipta setelah sel telur dan sel sperma melebur menjadi satu.

Baca Juga: Kapan Waktu Terbaik untuk Inseminasi Buatan (IUI)?

Proses Fertilisasi Secara Buatan

Semakin canggihnya teknologi, proses fertilisasi dapat terjadi secara buatan. Artinya, proses fertilisasi bisa terjadi tanpa adanya hubungan seksual antara laki-laki dan perempuan secara langsung. Inseminasi buatan terbagi menjadi tiga, berikut:

1. Inseminasi Intrauterin

Inseminasi intrauterin adalah prosedur yang paling umum. Dalam prosedurnya, sperma laki-laki diambil dan disimpan ke dalam rahim perempuan menggunakan kateter. Prosedur ini membantu sperma agar berdekatan dengan sel telur sehingga memicu pembuahan. Inseminasi intrauterin baik untuk pasangan dengan kualitas sperma buruk, disfungsi seksual atau kondisi serviks yang buruk.

2. Inseminasi Intraserviks

Inseminasi intraserviks merupakan inseminasi buatan yang paling mudah dan paling murah karena prosedurnya mirip dengan hubungan seksual. Prosedur inseminasi serviks dilakukan dengan menyuntikkan sperma ke dalam serviks, yaitu jaringan yang menghubungkan vagina dan rahim.

Setelah disuntikkan, sperma akan melakukan perjalanan ke rahim dan saluran tuba dengan sendirinya.

3. Inseminasi Intratubal

Inseminasi intratubal dilakukan dengan menempatkan sperma ke saluran tuba. Selama prosedur, kateter dimasukkan melewati serviks dan rahim untuk menempatkan secara langsung ke saluran tuba.

Sementara untuk fertilisasi in vitro dilakukan dengan mengambil sel telur yang sudah matang dan akan dibuahi oleh sel sperma di laboratorium. Selanjutnya, sel yang telah dibuahi akan dipindahkan ke rahim.

Prosedur fertilisasi in vitro membutuhkan waktu sekitar tiga minggu. Terkadang, prosedur fertilisasi in vitro ini terbagi menjadi beberapa bagian dan prosesnya bisa memakan waktu cukup lama.

Baca Juga: Waspadai 17 Penyakit yang Memengaruhi Kesuburan

Peluang untuk mendapatkan bayi yang sehat menggunakan fertilisasi in vitro bergantung pada banyak faktor, seperti usia atau penyebab ketidaksuburan.

Tertarik mengetahui lebih lanjut tentang kesehatan reproduksi Anda? Jangan tunda, lakukan pemeriksaan kesehatan reproduksi di Ciputra IVF sekarang juga. Jika Anda dan pasangan sedang merencanakan kehamilan, program bayi tabung di Ciputra IVF siap membantu mewujudkan impian memiliki buah hati dengan teknologi dan tenaga medis terbaik.

Telah direview oleh dr. Sony Prabowo

Source:

Tim Konten Medis
Terakhir diperbarui pada 12 Agustus, 2024
Dipublikasikan 4 September, 2023